JOHN WICK
Sutradara : Chad Stahelski & David Leitch
Produksi : Summit Entertainment, Thunder Road Pictures, 87Eleven Productions, DefyNite Films, Lionsgate, Warner Bros, 2014
Di awal-awal karirnya, mungkin tak ada yang menyangka bahwa Keanu Reeves akan jadi Hollywood’s action icon. Namun dimulai dari ‘Point Break’ yang seolah jadi revelation, ‘Speed’ melejitkannya ke predikat itu, dan tentu saja, puncaknya adalah ‘The Matrix Trilogy’. Toh setelahnya, meski masih beberapa kali bermain di genre action, bintangnya mulai memudar. Bagi penonton kebanyakan, yang paling mereka inginkan dari Reeves adalah aksinya dalam genre itu, apalagi kiprah terakhirnya di ranah tadi, ‘Man of Taichi’, dimana ia memilih mengedepankan aktor laga Asia nyaris tanpa kharisma Tiger Chen dan berpindah ke peran villain, benar-benar merupakan sebuah kerusakan parah.
Namun ‘John Wick’ adalah sebenar-benarnya sebuah awal baru buatnya. Semua prediksi awal penuh keraguan atas kiprah terdahulunya mulai rontok bersama peluncuran trailer dan premiere-nya di beberapa festival. Dibesut oleh stunt double Reeves di ‘The Matrix’, Chad Stahelski bersama stunt coordinator David Leitch (credited as producer bersama aktris Eva Longoria), trailer itu memang sangat menjanjikan. Meski bukan benar-benar baru, premisnya jelas, diatas sebuah awkward sense of humor yang mewarnai genre action yang memang tengah jadi trend ‘badass take’ ke sejumlah aktor seperti Liam Neeson atau Denzel Washington, ataupun nonstop showdown ala ‘The Raid’, seperti yang dilansir Reeves dari sejumlah interview sebelum ‘John Wick’ dirilis untuk publik.
John Wick (Keanu Reeves), ex-deadly assassin yang baru saja kehilangan istrinya Helen (Bridget Moynahan) karena kanker menerima pemberian terakhir berupa seekor anak anjing lucu bernama Daisy untuk menemani kesepiannya. Namun pertemuan tak sengaja dengan sekelompok mafia Rusia yang menaruh minat terhadap mobil vintage ’69 Mustang-nya memaksa Wick untuk kembali ke masa lalu terkelam-nya kala Daisy dibunuh dengan mengenaskan. Di tengah assassin’s code of honour yang dipegang Winston (Ian McShane) dibalik keberadaan sebuah hotel misterius bernama Continental yang tetap harus terjaga, Wick pun memulai perang pribadinya, menumpas sindikat ini sampai ke orang teratasnya, Viggo Tarasov (Michael Nyqvist) bersama sekumpulan pembunuh bayaran lain yang disewa untuk menghentikan amukannya.
Does what ‘The Raid’ did to the genre, mostly with all kinds of guns to machine guns tanpa juga meninggalkan aksi perkelahian seru diatas koreografi stunt Stahelski dan Leitch yang jelas sudah teruji bersama Reeves di ‘The Matrix’, ‘John Wick’ memang sama sekali tak main-main meledakkan nonstop shootouts-nya. Skrip yang ditulis oleh Derek Kolstad bisa jadi kelihatan tak spesial dan minim dialog, tapi memuat banyak nods ke genre berikut motivasi utamanya yang sangat kuat, membangun empati sangat mengakar terhadap karakter utamanya, love what he loved and want what he wanted, ‘John Wick’ jadi punya nilai jauh lebih di sisi emosi. Sekilas motivasi dead puppy-nya terasa bagaikan main-main, tapi di titik lain, memicu emosi luarbiasa pada setiap aftermath-nya, where every audience rooted like hell to the main character.
Back and forth prologue yang digelar bak gambaran relationship se-emosional apa yang kita saksikan dalam Pixar’s ‘Up‘ bahkan code of honour diatas set Continental Hotel yang dibangun dengan feel ‘Dragon Inn’, underworld’s meeting point di sejumlah kisah-kisah martial arts, berikut ensemble cast dan efek ke naik turun interaksi karakter-karakternya, semua bekerja dengan sangat baik bersama potensi pengembangannya menjadi franchise, termasuk yang sudah dimulai di format video game berupa cross-promotion deal dengan sebuah software company. Gambaran action-nya memang punya kedekatan kuat seolah pemain yang sedang memilih lawan atau amunisi untuk menumbangkan lawan-lawannya.
Sinematografi serba muram dari Jonathan Sela, production design dari Dan Leigh (‘Eternal Sunshine of a Spotless Mind’) dan scoring dari Tyler Bates dan Joel J. Richard pun membentuk sinergi yang sangat kuat dengan action serta emosinya. Selagi Reeves dan Nyqvist, aktor Swedia yang kian sering bermain sebagai antagonis di film-film Hollywood, muncul dengan powerful chemistry di tengah permainan code of honour itu, masih ada Willem Dafoe, John Leguizamo, Ian McShane dan Lance Reddick untuk mewarnai subplot ini. Alfie Allen sebagai sentral konfliknya juga bagus, dan menambah dayatarik action-nya, ada Adrianne Palicki, David Patrick Kelly hingga aktor laga terkenal Daniel Bernhardt yang mengisi salah satu highlight one on one fight terbaik ‘John Wick’ dengan penuh respek.
So yes, ‘John Wick’ memang sangat ampuh menyediakan jalan bagi Keanu Reeves buat kembali ke showcase terbaiknya, beraksi di tengah-tengah rumbling action yang sangat seru dengan segala macam bentuk koreografinya. Not only a badass take on shoot ‘em up action cinema, tapi juga a remarkably stylish one, membawa pemirsanya ke atmosfer komikal yang tak selamanya bisa kita dapatkan dari genre yang sama. Luarbiasa. (dan)
~ by danieldokter on November 16, 2014.
Posted in adrenalination
Tags: Adrianne Palicki, Alfie Allen, Bridget Moynahan, Chad Stahelski, Dan Leigh, Daniel Bernhardt, David Leitch, David Patrick Kelly, Eva Longoria, ian mcshane, Joel J. Richard, John Leguizamo, John Wick, Jonathan Sela, Keanu Reeves, Lance Reddick, Michael Nyqvist, movie, review, the matrix, The Raid, Tyler Bates, Willem Dafoe
Greetings,
Just take a look at that stuff I’ve just come across! It is superb! Check this out http://aitd.goldinvesting.tips
Wishes, alexoci
si walkman said this on May 4, 2017 at 11:09 pm |
Hey!
Have you read the latest news? Just take a look, it’s something worthy http://see.netnexis.com
Best wishes, alexoci
si walkman said this on May 25, 2017 at 5:11 am |