JAB TAK HAI JAAN : A FINAL JOURNEY TO YASH CHOPRA’S ROMANCE

JAB TAK HAI JAAN

Sutradara : Yash Chopra

Produksi : Yashraj Films, 2012

Welcome to the world of Yash Chopra. The world of classic Bollywood romance. Sebagai produser/sutradara paling legendaris di perfilman Bollywood, yang sudah menghasilkan begitu banyak karya berstatus klasik, dari penyutradaraannya di  ‘Waqt’ (1965), ‘Kabhi Kabhie’ (1976), ‘Silsila’ (1981) ke ‘Dil To Pagal Hai’ (1997) sampai ‘Veer Zaara’ (2004), Yashji, panggilan kehormatannya, memang punya ciri khas dalam menggelar sebuah lovestory. Sentuhannya kebanyakan, walaupun belakangan sudah diwarnai pembaharuan dari sang putra, sineas Aditya Chopra, kerap tak beranjak dari warna klasik Bollywood, baik dalam plot dan style-nya. Di saat banyak film Hindi sudah meninggalkan lagu dan tari-tarian untuk kelihatan lebih modern, film-film produksinya tak pernah meninggalkan itu. In the way of telling his lovestories, pakem itu juga tetap terlihat. Kadang bisa berpanjang-panjang, sedikit draggy, menye-menye dan selalu ada alasan bodoh untuk cinta. Tapi, dibaliknya, kekuatan emosi itu juga menyeruak dengan jelas. They always can melt your hearts dengan atmosfer mengharu-biru di setiap menitnya.

Setelah lebih 8 tahun absen dari kursi penyutradaraan (terakhir di ‘Veer Zaara’), Yashji kembali untuk yang terakhir kali. Seakan tahu ini adalah karya terakhirnya (Ia meninggal bulan Oktober lalu setelah menyelesaikan proses syutingnya), Yashji sudah menyiapkan proyek ini sejak tahun 2009 namun ingin benar-benar meng-handle semuanya dengan sempurna sekaligus merayakan setengah abad karirnya di perfilman Bollywood. Menunggu hingga Shahrukh Khan bebas dari proyek apapun untuk hanya fokus ke film ini. Dengan skrip yang ditulis Aditya Chopra yang mereka akui merupakan adaptasi bebas dari novel klasik Graham Greene, ‘The End Of The Affair’ dengan tambahan berbagai elemen klise banyak lovestory yang sudah pernah kita lihat, termasuk ‘The Vow’ yang banyak disangka sebagai adaptasi karya Nicholas Sparks, proses panjang ‘Jab Tak Hai Jaan’ (means ‘Until I Breathe This Life’),  yang judulnya terinspirasi lagu klasik dari film Hindi legendaris, ‘Sholay’ (1975), dimulai dengan lokasi syuting dari London hingga Kashmir, termasuk Ladakh yang sudah kita saksikan keindahan panoramiknya dalam ‘3 Idiots’ tempo hari.

Proses peredarannya sendiri sempat diwarnai keributan atas protes yang dilayangkan aktor/produser Ajay Devgan yang juga melepas blockbuster-nya, ‘Son Of Sardaar’ buat menyambut Hari Raya Deepavali tahun ini. Ajay yang hanya kebagian kurang dari separuh jumlah layar buat pemutaran filmnya menuduh Yashraj Films melakukan praktek monopoli, but however, genre itu memang berbeda, dimana film-film seperti ‘Jab Tak Hai Jaan’, apalagi dengan faktor Shahrukh Khan,  jelas lebih menarik hati penonton kebanyakan. Dan hasilnya memang membuktikan sekaligus betapa Yashji memiliki respek lebih dari para penonton di negaranya. EvenThe Twilight Saga : Breaking Dawn Part 2’ yang juga beredar serentak disana tak sanggup menyaingi box officeJab Tak Hai Jaan’. Now let’s see the plot.

Dalam sebuah pertaruhan gila untuk menyelam ke sungai dingin di Ladakh, reporter muda ambisius yang bekerja untuk Discovery Channel, Akira Rai (Anushka Sharma) diselamatkan oleh pria misterius yang tak sengaja meninggalkan diary-nya pada Akira. Dari diary itu, bergulir masa lalu Samar Anand (Shahrukh Khan) yang sebelum bertugas sebagai penjinak bom di kesatuan militer India hidup sebagai imigran di London dan kerja merangkap sebagai penyanyi jalanan dan pelayan restoran. Dari sana akhirnya Akira mengetahui kisah cinta antara Samar dengan seorang gadis kaya bernama Meera Thappar (Katrina Kaif), yang awalnya terhalang derajat dan keinginan orangtua Meera menjodohkan Meera dengan mitra bisnisnya disana. Meera yang juga menyimpan trauma pelarian sang Ibu (Neetu Singh) meninggalkan ayahnya (Anupam Kher) demi seorang lelaki lain (Rishi Kapoor) awalnya tak berani membiarkan perasaannya lepas pada Samar, namun di saat ia tak bisa lagi menahannya, sebuah kecelakaan yang terjadi pada Samar membuatnya membuat janji pada Tuhan ; bahwa ia rela melepas Samar dengan imbalan keselamatannya. Samar yang kecewa lantas menentang Tuhan dengan kemarahannya, kembali ke India untuk masuk ke satuan militer dan membiarkan dirinya bergelut dengan maut setiap harinya sebagai seorang penjinak bom.

Akira yang tertarik dengan kisah hidup Samar yang dilihatnya sebagai pria perasa dibalik sikap kerasnya kemudian mendesak atasannya untuk membuat sebuah dokumenter, namun di tengah proses itu ia tak bisa menghindar dari perasaannya yang perlahan mulai mencintai Samar. Berbagai cara untuk memenangkan hati Samar ditempuhnya, namun takdir berkata lain. Tepat di saat Samar mulai bisa membuka kembali hatinya dan menyambangi Akira di London, sebuah kecelakaan kembali terjadi. Sekarang, dengan kondisi Samar yang menderita amnesia retrograde dengan ingatan terhenti di saat kecelakaan belasan tahun lalu, satu-satunya cara untuk memulihkan Samar adalah dengan mendatangkan kembali Meera. Cintanya membuat Akira rela memohon pada Meera untuk membantu kesembuhan Samar, dan mereka kembali terombang-ambing di tengah cinta, takdir dan sebuah permainan kepercayaan. Kalau perlu, dengan sekali lagi menantang Tuhan demi sebuah cinta. But with anything goes, love, will always be eternal.

And yes, Yashji, tetaplah Yashji. ‘Jab Tak Hai Jaan’ juga bergulir dengan sejuta puitisasi cinta yang dihadirkannya secara overly detailed dalam konflik-konflik klasik ala Bollywood, satu yang selalu jadi inspirasi sinetron kita yang sayangnya tak tergarap dengan kekuatan emosi sebanding. Namun sentuhan Aditya Chopra dalam skripnya juga di sisi lain memberikan kekuatan seimbang terhadap storytelling konvensional itu. Dari penuturan flashback hingga part-part plot-nya yang terasa sangat modern dan sedikit menentang pakem moralisme India yang pernah diributkan dalam ‘Kabhi Alvida Naa Kehna’ tempo hari, ‘Jab Tak Hai Jaan’ dengan berani menyorot visual hubungan seks pranikah baik dalam adegan serta dialog-dialognya, sama kuat dengan banyaknya kissing scenes yang mendobrak batas tabu dalam perfilman normal mereka. Ah ya, seperti kita juga, censor board mereka tak pernah peduli dengan film-film erotis sampah ala klan Bhatt, tapi kerap membatasi hal ini buat karya-karya yang lebih layak.

Bersama alunan skor A.R. Rahman yang seperti biasa, sangat membantu pengarahan emosi, namun kali ini, terus terang, sedikit gagal buat menghadirkan lagu-lagu se-catchy film-film klasik Yashji biasanya, ketiga bintang utamanya tampil sebagai pusat kekuatan untuk menahan penonton  betah mengikuti permainan emosi ala Yashji. Shahrukh Khan, as ever, muncul dengan suave act tipikalnya, penuh pesona mengundang teriakan penonton cewek, meski separuh awal dipoles dengan foundation tebal untuk menghilangkan kerutan usianya yang mulai tampak jelas, sementara Katrina Kaif tetap bersinar dengan kecantikan luarbiasa-nya diantara aktris-aktris Bollywood yang ada sekarang. Namun yang paling menyita perhatian adalah Anushka Sharma, wajah fresh yang belum terlalu lama memulai karirnya di hiruk-pikuk Bollywood. Di tangan Anushka, karakter Akira yang meledak-ledak hadir dengan sangat ekspresif dan penuh daya tarik buat membangun empati seimbang ke karakternya yang berada di tengah-tengah Shahrukh dan Katrina.

Jangan lupakan pula feel nostalgic yang turut jadi kekuatan bagi sebuah tribute ke tendensi ambisius Yashji menghadirkan kembali nuansa romance dalam film-filmnya. Ada aktor senior Rishi Kapoor bersama real life couple-nya, Neetu Singh, yang dulu juga berjodoh lewat film-film yang mereka bintangi bersama sekaligus pernah beberapa kali tampil dalam film-film yang diproduksi Yashji. Pasangan yang juga orangtua kandung Ranbir Kapoor yang tengah bersinar-bersinarnya di perfilman mereka ini tampil singkat tapi tetap memberikan kesan mendalam terhadap feel tribute penuh nostalgia itu. Ada pula Sarika, ex-wife aktor Selatan legendaris Kamal Hasaan / ibu dari Shruti Hasaan yang pasti bisa dikenali bila Anda rajin menonton film-film Bollywood jadul. Meski dulunya kerap tak tampil sebagai aktris utama, karir panjangnya menyandang predikat senior sudah cukup teruji dengan sisa-sisa kecantikan yang masih jelas terasa dalam perannya sebagai dokter disini.

So that’s Yashji. Aditya may have his legacy, tapi kemampuannya sebagai sineas yang selalu bisa membangun elemen-elemen klise dalam setiap lovestories-nya jadi tak lagi terasa basi, tetap tak bisa tertandingi. Kita bolehjadi tahu pasti bagian-bagian dari setiap konflik yang pada dasarnya juga penuh ketololan untuk mejelaskan cinta itu sudah pernah disaksikan di film-film lain sebelumnya, but don’t hold yourself. Semuanya takkan lantas bisa menahan emosi penontonnya dengan mata berkaca-kaca dan hati meleleh di setiap pengadeganan serta visualnya. Satu sisi yang membuat mengapa nama itu jadi begitu melegenda dalam perfilman mereka sekaligus jadi pakem yang tetap dipertahankan disana, dan ia tak kembali dengan percuma dari istirahat lamanya. He’s back to melt your heart for one last precious moment, and you should enjoy it as well. Rest in peace, Yashji. Until we breathe this life, your great works will always be remembered. (dan)

~ by danieldokter on November 18, 2012.

6 Responses to “JAB TAK HAI JAAN : A FINAL JOURNEY TO YASH CHOPRA’S ROMANCE”

  1. […] Jab Tak Hai Jaan […]

  2. Brief comment sih. Overall yang udah nonton Jab Tak Hai Jaan ngerasa feel yang sama. Anushka Sharma lebih shining dibanding dengan Katrina Kaif. Dan juga, Kat menjadi olok-olok di negerinya sendiri, banyak yang tidak suka film ini hanya karena Kat.
    Ketika nonton, saya nangis, bukan karena cerita, karena ini adalah karya terakhir dari Yashji. Di mana akan kangen banget sama karya-karyanya (well, meskipun ada beberapa koleksi film Shah yang di-direct langsung oleh Yashji)… anw sampai agamanya Meera kan Kristen (sepertinya Katholik) trus Samar kan Hindu, kenapa tidak seheboh CTB ya. #wkwkwk

  3. thanks your review

    http://kumpulankonsultasi.blogspot.com/

  4. lovely anushka sharma. megang banget buat peran bubbly girl. jiya re-nya menghangatkan kembali samar.
    gak terhindarkan sih mbandingin anushka n katrina. katrina cantik buanget memang, klo tanya tmn2-cowok q mereka blg katrina lbh cantik. cuma wajah2nya rada indo. tp kalo di gambar bergerak, pembawaannya anushka lbh bisa menahan cowok. hehe.
    katrina bawain ishq shava keren banget. di luar itu permainan perannya gak terlalu menarik. ato memang krn peran yg dia dapat itu cewek yg menahan diri krn terpelajar, tp syg bgt ada scene yg bitchy. gak cocok dg karakternya keseluruhan (saan), walo di plot cerita krn itu jg dia membuat janji insaf meninggalkan samar.
    akhir kisahnya akira mengundang simpati, hfff… adegan lupa ingatan yg harus menghadirkan meera lagi bikin pengen puk-puk akira 😀 tp gak terbantahkan adegan come backnya meera n samar romantis be-ge-te.
    adegan akhir di jembatan kurang ngefeel ya. nyebelin. expresinya meera soooo flat.. gw penasaran akhirnya liat2 scenenya katrina di film lain, hahaha, just the same. mm… katanya sih dia baru belajar bahasa india waktu masuk perfilman, tapi ekspresi bukan ttg bahasa kan.

  5. I REALLY LIKED THIS FILM BECAUSE THE STORY VERY moving and nice.I really like :*

  6. Sya suka film ini

Leave a comment