PARENTAL GUIDANCE : AN OASIS AMONG TRENDS

PARENTAL GUIDANCE

Sutradara : Andy Fickman

Produksi : Walden Media, Chernin Entertainment, 20th Century Fox, 2012

PG1

            Well, inilah trend. Sebut paling tidak 100 film dari tiap beberapa tahun belakangan ini. We’ve got metas, bloody gore-fests, explosive actions, CGI effects on fantasy, sci-fi and superheroes, Apatow’s comedies atau sekalian sickjokes-sickjokes ala Sandler atau Ferrell, teen comedies, many indies dan arthouses yang semakin meluas kemana-mana, serta kewajiban-kewajiban twist plot and endings yang diputar balik sedemikian rupa. Tapi, family holiday movies, lighthearted comedies, satu genre yang dulu selalu hadir di saat liburan terutama di akhir tahun atau paling tidak satu-dua di deretan summer movies untuk tontonan seluruh keluarga, yang begitu marak di tahun 90an, kini semakin terpinggirkan oleh animasi-animasi 3D dan trend dalam genre-genre tadi. Film-film seperti ‘The Parent Trap’, ‘City Slickers’, ‘Father Of The Bride’, and so on. Nama-nama seperti Robin Williams, Billy Crystal, atau Steve Martin dalam film-film tipikal mereka. Kemana perginya genre ini?

PG4

            So, babak akhir tahun lalu, adalah jawabannya. ‘Parental Guidance’, yang biarpun bukan ber-setting Christmas namun dirilis pas di tanggal 25 Desember di negaranya, mencoba mengembalikan kerinduan itu. Menghadirkan dua bintang senior Billy Crystal dan Bette Midler, kans box office-nya memang terasa melawan arus. Tanpa promo berlebih pula. Tapi mudah-mudahan ini jadi proses untuk sebuah variasi sekaligus feel nostalgik, betapa penonton sebenarnya masih memerlukan lebih banyak genre yang sudah ditinggalkan oleh Hollywood itu. More hearts, tanpa tendensi-tendensi khusus ataupun pretensius. Lupakan juga kritikus-kritikus serius yang dari dulu memang sulit menghargai genre lighthearted family movies ini, ia hanya punya satu tujuan. Menghibur, and mostly, membuat momen holiday terasa semakin hangat untuk dinikmati bersama seluruh keluarga. Now let’s see the plot.

PG2

            Artie Decker (Billy Crystal), sports announcer bangkotan yang baru saja kehilangan pekerjaan impian yang sudah dilakoninya berpuluh tahun di sebuah minor baseball league, karena ciri old school-nya yang tak update dengan social media sekarang. Di tengah kegalauannya, Artie terpaksa menuruti keinginan istrinya, Diane (Bette Midler) yang menyambut baik tawaran putri semata wayangnya, yang sudah lama tak menyambangi mereka dari kehidupan terpisahnya di Atlanta, Alice (Marisa Tomei). Alice yang sejak lama memendam kekecewaan terhadap Artie sebenarnya juga terpaksa memintanya dan Diane untuk mengurus tiga anaknya demi sebuah perjalanan menemani sang suami, Phil Simmons (Tom Everett Scott) ke luar kota, karena orangtua Phil yang lebih dekat dengan anak-anak mereka tengah berlibur ke luar negeri. Namun niat Diane untuk bisa dekat dengan ketiga cucu yang tak pernah lama kenal dengan mereka harus terbentur dengan konflik Alice dengan Artie, batasan larangan Alice-Phil serta tiga anak itu sendiri ; Harper (Bailee Madison), Turner (Joshua Rush), dan si kecil Barker (Kyle Harrison Breitkopf) yang memanggil Artie dengan ‘Fartie’, yang masing-masing memiliki masalah kepribadian yang serius. Di tengah hubungan-hubungan terputus tadi, semuanya berjuang menyesuaikan diri untuk tujuan mereka. Menemukan kembali ikatan keluarga yang sesungguhnya tak bisa dipisahkan oleh apapun.

PG7

            It’s true. Sebagai komedian senior dengan status cukup legendaris, style komedi Billy Crystal, mungkin tak lagi bisa akrab dengan penonton-penonton sekarang. Begitu juga dengan Bette Midler, yang mungkin tak lagi begitu dikenal dengan segudang prestasinya di musik dan di film. Penonton senior pasti bisa merasakan keasyikan luarbiasa saat mereka berduet menyanyikan doo-wop klasik lawas Monotones dari tahun 1958, ‘Book Of Love’, tapi mungkin tidak bagi penonton belia sekarang. Tapi toh ada jembatan yang pas untuk membawa kembalinya mereka ke layar lebar bersama genre ini. Ada Marisa Tomei dan Tom Everett Scott bersama tiga pemeran Simmons, Jr. yang cukup lucu terutama Bailee Madison yang masih terasa akrab lewat ‘Just Go With It’ dan ‘Don’t Be Afraid Of The Dark’. And trust me, after this, sebagian dari penonton sekarang pasti ingin membolak-balik lagi referensi film-film Crystal dan Midler.

PG8

            Bersama penyutradaraan Andy Fickman (‘She’s The Man’, ‘You Again’), skrip dari Lisa Addario dan Joe Syracuse memberikan keseimbangan yang pas antara drama dengan style komedi dua bintang senior itu. Konfliknya dibangun rapi dengan sempalan lebih komedik hingga slapstick-slapstick di paruh awal, lantas mulai menanjak secara perlahan dalam template klise genre-nya. Some might said predictable, tapi silahkan saja, karena bukan itu memang yang jadi sasaran film-film seperti ini. Semua dibalik interaksi akting yang membawa style masing-masing, Crystal dengan awkward comedy act-nya, Midler yang tetap terasa majestis dan Marisa Tomei yang tetap, as ever, very lovable, but together, they blended perfectly well.

PG10

            Tapi tak ada yang lebih baik dari third act-nya, dibalik heartfelt scoring dari Marc Shaiman, yang juga dulu sangat akrab dengan genre-genre seperti ini (termasuk dalam dua film Crystal yang sangat dikenal, ‘City Slickers’ dan ‘Forget Paris’) hingga sekarang makin jarang muncul, (terakhir dalam ‘Flipped’, 2010), whereParental Guidancewill hit you hard dengan paduan formula drama dan komedi keluarga yang sangat feelgood dan engaging, termasuk ke tribute-tribute buat sejarah baseball mereka yang meski segmented tapi bisa menyentuh lewat pengadeganan yang pas. Nuansa komedinya tetap dengan kental menyempil sesekali di tiap adegannya, tapi dramatisasinya sekaligus juga akan membuat penontonnya tersentuh, meneteskan airmata mereka tanpa terasa, dibalik valuable messages tentang keluarga yang mengalir sama mulusnya hingga ke highlight di kredit akhir saat semua pemain dan kru dimunculkan dengan visual memorabilia foto-foto asli keluarga mereka. The most tender touch yang meninggalkan kehangatan luarbiasa ke seluruh penontonnya, apalagi sebagai sebuah tontonan di masa-masa liburan akhir dan awal tahun.

PG6

            So itulah kehebatan ‘Parental Guidance’ sekaligus juga genre-genre seperti ini. A kind of movie that puts a smile on your lips but leave you weteyed at the same time. Ketika Hollywood yang mulai semakin kehilangan hati sibuk menjejali kita dengan pendekatan-pendekatan  groundbreaking-nya, ‘Parental Guidance’ terasa bagai sebuah oasis diantara tipikalisme tontonan-tontonan itu. They should have made more of these kinds. The ones, with more hearts. (dan)

~ by danieldokter on January 6, 2013.

Leave a comment