VAMPIRE ACADEMY : QUITE A LAME SUCK

VAMPIRE ACADEMY

Sutradara : Mark Waters

Produksi : Preger Entertainment, Reliance, Angry Films, 2014

VA4

            Trend Young Adult adaptation di Hollywood agaknya belum lagi berakhir. Keinginan para produser untuk mengulik novel-novel Young Adult best seller juga kelihatannya masih sangat besar pasca kesuksesan franchiseTwilight’ tempo hari, namun hanya beberapa yang berhasil seperti ‘The Hunger Games’. Now here comesVampire Academy’, masih bermain di ranah yang mirip ke atmosfer supranatural dan karakter-karakternya, plus love and friendship stories, tentunya. Diangkat dari novel bestseller karya Richelle Mead yang juga banyak mendapat resepsi bagus, profil adaptasinya sebenarnya cukup menarik. Nanti dulu soal pemain yang mungkin masih dipenuhi wajah-wajah baru kecuali Gabriel Byrne, Olga Kurylenko dan Joely Richardson, namun dengan kredit sutradara dan penulis bersaudara, Mark Waters dan Daniel Waters, yang sama-sama ada dibalik dua teen movie yang sangat remarkable, ‘Mean Girls’ (disutradarai Mark) serta ‘Heathers’ / disini beredar dengan judul ‘Lethal Attraction’ (ditulis oleh Daniel), ‘Vampire Academy’ seharusnya punya potensi cukup besar.

VA3

            Sebagai vampir berbeda kasta, Rose Hathaway (Zoey Deutch) dan Lissa Dragomir (Lucy Fry) yang melarikan diri selama dua tahun dari vampire boarding school St. Vladimir’s Academy, merupakan sahabat yang sulit terpisahkan. Sebagai Dhampir (half human/vampire), Rose memang sangat menyadari statusnya sebagai pengawal setia Lissa dari kelompok vampir bangsawan Moroi.  Pelarian mereka berakhir kala mereka ditemukan oleh mentor Dhampir keturunan Rusia, Dimitri Belikov (Danila Kozlovsky), namun kembali ke Vladimir, petualangan mereka justru baru dimulai, dimana persahabatan mereka diuji di tengah intrik-intrik mengerikan yang tak pernah mereka duga serta serangan para Strigoi, vampir-vampir haus darah yang sangat berbahaya.

VA1

            Meski masih berkutat di tema-tema serupa, apa yang diketengahkan ‘Vampire Academy’ dalam tema keseluruhan itu sebenarnya punya modifikasi cukup fresh. Menggabungkan teen vampire story dengan elemen-elemen wajib highschool teen flicks, Mark Waters dan Daniel Waters yang sudah punya kredit baik di filmografi mereka sebelumnya juga pilihan yang sangat tepat. Sebagai produser, Deepak Nayar dari film-film seperti ‘Bend It Like Beckham’ pun sama. Selagi Mark menyuntikkan atmosfer teen bullies yang kental dalam ‘Mean Girls’, Daniel terasa bagai penulis yang cocok mengeksplorasi sisi psikologi remaja seperti apa yang dilakukannya dengan sangat baik di ‘Heathers’.

VA8

            Sayangnya tak begitu. Apa yang ada dalam ‘Vampire Academy’ malah menunjukkan eksplorasi kelewat dangkal dibandingkan apa yang mereka lakukan dari dua teen movies fenomenal itu. Bukan saja tak mampu membangun pendalaman karakter-karakternya dengan sempurna, konflik serta intrik yang maunya tampil sebagai twist menarik itu juga terasa serba tanggung. Storytelling-nya jauh dari kata lancar, dan proses-proses di tengah yang harusnya bisa memuat detil-detil menarik malah lebih terkesan malas dan kekanak-kanakan. Walau mungkin mereka lebih memperuntukkan produknya untuk pasar remaja, this feels draggy at many times.

VA5

            Di jajaran cast yang rata-rata memasang wajah baru sebagai pentolan utamanya walaupun masing-masing sudah punya profil di film-film mereka sebelumnya, Zoey yang merupakan putri dari pasangan ‘80s sweetheart Lea Thompson (‘Some Kind Of Wonderful’ dan sebagai Marty McFlys mom di trilogi ‘Back To The Future’) dan sutradara Howard Deutch ; juga sangat dikenal dari teen movies ’80-an seperti ‘Pretty In Pink’ dan ‘Some Kind Of Wonderful’ yang banyak dituding menginspirasi ‘Kuch Kuch Hota Hai’ itu sebenarnya sama sekali tak jelek. Seperti seorang Ellen Page dengan postur lebih sesuai usianya, namun sangat mengingatkan akting Page di ‘Juno’, Zoey tampil  remarkably overenergetic memerankan Rose. Lucy Fry yang merupakan aktris muda asal Australia pun tak jelek, plus Danila Kozlowsky, aktor muda yang di negara asalnya, Rusia, cukup punya nama, sebagai satu-satunya male lead yang bisa mencuri perhatian lebih dibanding Dominic Sherwood dan Cameron Monaghan. Masalahnya hanya satu, chemistry diantara mereka tergelar dengan cukup berantakan.

VA2

            Sementara aktor-aktris seniornya pun tak diberi banyak kesempatan. Kecuali Gabriel Byrne yang tetap bagus namun sedikit dibatasi oleh skrip tadi, Olga Kurylenko terasa miscast dan Joely Richardson terkesan hanya sebagai pelengkap. Masih ada Claire Foy, aktris Inggris sebagai Sonya Karp yang memegang peran cukup penting diantara mereka, namun tetap tak bisa menyelamatkan skrip dan chemistry-nya. Dari set hingga efeknya, tak juga ada yang kelewat istimewa. Hanya menyisakan lagu-lagu soundtrack yang cukup bagus dan performa Zoey Deutch yang memang sangat memikat dalam lead debut layar lebar pertamanya, tak heran kalau hasil box office berikut resepsi kritikus juga sama payahnya. The cool tagline saidThey Suck At School’ dibalik nuansa pink atas waktu rilis mendekati Valentine’s Day tahun ini, but here’s the truth. This one is quite a lame suck. (dan)

 

~ by danieldokter on February 24, 2014.

One Response to “VAMPIRE ACADEMY : QUITE A LAME SUCK”

  1. haha.., lihat judulnya saja muak.
    ga akan saya nonton yg kayak ginian.

Leave a comment