MOTHER KEDER : EMAKKU AJAIB BENER ; NOT STRANGE, JUST UNIQUE

MOTHER KEDER : EMAKKU AJAIB BENER

Sutradara : Eko Nobel

Produksi : Visi Lintas Film

Oke. Ini adalah sebuah trend. Bukan komedi biasa, tapi merupakan adaptasi, yang meskipun sourcenya novel, namun latar belakang penulisnya, adalah blogger. Jadi isinya juga sama seperti kala kita membaca blog-blog ngocol yang penuh dengan banyolan seputar kehidupan pribadi sang penulis. Kurang lebih seperti ‘Kambing Jantan’nya Raditya Dika. What we got in these blogs, biasanya juga orang-orang yang sama anehnya seperti banyolan mereka. Namun sebaiknya jangan memandang mereka dari sisi negatif, seberapa bodoh atau jorok sekali pun banyolan itu. Itu justru yang jadi pesan dari mereka. Terserah mau menganggapnya segmental hanya buat orang yang sejalan dengan selera humornya. Tapi keanehan itu, sometimes, adalah keunikan buat sebuah jalan menemukan values of life, dan saat banyolannya mengenai pengalaman di kehidupan sehari-hari pembacanya, feelnya akan ikutan jadi berbeda. So that’s it. Ini memang segmental kok, tak salah mengatakannya begitu. Sama dengan novel atau isi blognya, ada satu latar belakang yang bila Anda tahu, akan jauh lebih lucu untuk menyelami adaptasinya. Selebihnya, bila tidak, ya sekedar menikmatinya sebagai sebuah banyolan lepas yang kadang juga tak punya plot linear. Seperti itu. Mau terhibur atau tidak, terserah bagaimana pandangan dan selera humor pemirsanya. Dan satu lagi, yang jauh lebih umum, percayalah, akan berbeda menikmati genre-genre seperti ini di tengah satu-dua penonton yang enggan meledakkan tawanya, dibandingkan teater penuh manusia yang menyambutnya dengan kehebohan di level beda.

Vivi (Qory Sandioriva), wanita karir yang mulai hidup mapan dengan apartemen dan kendaraan pribadi, ternyata tak juga bisa benar-benar bahagia dengan sekelilingnya. Kebosanannya dengan tekanan di kantor diikuti dengan kenyataan bahwa sang kekasih berselingkuh dengan saingannya di kantor, ditambah pula berita bahwa adiknya, Dinda (Jill Gladys) akan menikah tanpa izinnya. Satu-satunya tempat mengadu adalah kembali ke rumah, namun isinya, tak kalah aneh. Ibunya (Ira Maya Sopha) dan ayahnya (Pong Hardjatmo) sama nyelenehnya, serta dua adiknya yang masing-masing punya sifat khas masing-masing. Itu juga yang membuat Dinda berniat segera meninggalkan rumah untuk menikah dengan Bayu (Athoy Herlambang). But then you know, when any lightning strikes into your life, terkadang yang aneh-aneh itu bisa jadi keunikan tersendiri. Sebuah tempat buat berpegang, bernama keluarga.

Sama-sama bicara tentang ibu dan pantasnya diputar menjelang hari ibu Indonesia barusan, ‘Mother Keder’ jelas beda dengan ‘Ummi Aminah’. Walau letak problem dan pesan utamanya sebagian menyinggung ke situ-situ juga, ini lebih digagas serba komedi seperti blognya. Bahwa perilaku aneh kadang bisa jadi keunikan dalam arti positif, dan tak mengubah rasa sayang dalam resepsi hubungan antar keluarga kalau kita mau berusaha. Dan penulis novelnya, Viyanthi Silvana Kosasih, mantan puteri fotogenik dari ajang Puteri Indonesia 2001, yang mengangkat kisahnya secara semibiografi itu, konon juga sama uniknya bersama anggota keluarganya. Beruntung, sutradara Eko Nobel yang baru memulai debut layar lebarnya dengan dukungan Visi Lintas Film di produksi layar lebar perdana mereka, adalah orang yang kenal dekat dengan Viyanthi, sehingga bisa menyampaikan highlight-highlight yang ada dalam blog dan novelnya sekaligus mendorong Qory, Ira Maya Sopha serta pendukung lain untuk bisa menerjemahkan karakter mereka dengan keunikan yang sama. Penulis skenarionya, Reka Wijaya, juga cukup lumayan kreditnya dalam tema-tema ngocol seperti ini.

Namun itu juga yang sekaligus jadi batu sandungan untuk penonton yang belum pernah membaca blog/novel atau bahkan mengenal pribadi penulisnya, apalagi rentang waktu penulisannya sudah tergolong cukup lama, jadi tak seperti penonton sekarang akrab dengan sosok Raditya Dika, misalnya. Dan introduksi awal untuk menggelar karakternya juga terasa kelewat singkat tanpa prolog yang harusnya bisa membuat penonton merasa lebih akrab dengan tokoh-tokohnya. But however, humor-humor yang disampaikan dengan style sejenis itu memang bisa tampil cukup mengalir di tangan para pendukungnya, mostly Qory, Pong Hardjatmo dan Ira Maya Sopha. Kombinasi antara gestur slapstick dan dialog-dialog yang lucu, meski sebagian masih ada yang terasa garing dan tak tergarap benar-benar maksimal, sebagian lagi ada yang benar-benar meledakkan tawa. Skor besutan Ari Darmawan bersama lagu-lagu soundtracknya juga sangat membantu menekankan feel terhadap pesan itu di beberapa turnover adegannya. So it depends. As to me, menyaksikan ulang film ini pada saat premierenya di Medan diikuti press conference yang cukup gokil dari Eko, Mama Ira dan Qory dengan penjelasan detil ke tampilan Viyanthi Silvana dan sang ibu memang memberikan feel yang berbeda untuk bisa larut dalam leluconnya. Paling tidak, lawakannya cukup menghibur, pesannya baik, dan tak ada tendensi buat macam-macam. Apalagi kesempatan ke banyaknya film yang diadaptasi dari blogger-blogger dan penulis jenaka sebagai refreshment terhadap genre film kita yang itu-itu saja makin terbentang lebar. Itu artinya baik, so let’s give this movie a big support. (dan)

~ by danieldokter on January 18, 2012.

One Response to “MOTHER KEDER : EMAKKU AJAIB BENER ; NOT STRANGE, JUST UNIQUE”

  1. […] Mother Keder […]

Leave a comment