NOSTALGIE LA INDONESIANA : A LOOK BACK TO THE OLD INDONESIAN CLASSICS

Aku Cinta, Kamu Cinta, Semua Cinta… ,oh,  if anyone who experienced that era ever remembered the keroncong tunes from the TVRI’s Saturday night slot for Apresiasi Film Indonesia. Gaya Sandy Tyas yang adem-ayem itu ngebawain ini acara sambil duduk-duduk di kursi bioskop dengan layar tempo doeloe yang slowly opened, with some trailers, some news, some behind the scenes. Trust me, industri film kita pernah jadi apa yg disebut ‘Tuan Rumah Di Negeri Sendiri’ dengan daftar perolehan penonton yang selalu muncul tiap minggu di majalah Vista, lantas pindah ke majalah Film, and so on. Terus, ada pula kategori pemberian piala di FFI untuk film terlaris, yg biasanya selalu dimenangkan film-film Warkop itu. Waktu akhirnya film Indonesia terpuruk setelah banjir film-film seks murahan yang tak jelas juntrungannya, mungkin hampir semua orang merasa hopeless untuk bisa menyaksikan film Indonesia yang bagus lagi. Well, now, history has proven it wrong, karena meski masih banyak sampah-sampah yang sulit dibersihkan, beberapa film kita bahkan sudah kembali sampai ke festival-festival Internasional. I once wrote this for a college tabloid and now remaking it with some more classics. Here’s the list of what I remembered, the most memorable, phenomenal and yet-the best old Indonesian movie ever made.

1. OPERA JAKARTA


Saduran dari novel Arswendo Atmowiloto yang waktu itu masih memakai nama Titi Nginung dengan cover puncak Monas ber-background hijau, believe it or not, belum pernah ada penonton awam (di luar kalangan yang sempat menyaksikan preview-nya, mungkin) yang merasakan versi lengkap film yang sebenarnya berdurasi tiga jam lebih ini. Versi video bajakan, bioskop, sampai yang diputar di teve-teve swasta dan event pemutaran film lokal bahkan tak pernah muncul dengan editing yang sama. Mudah-mudahan suatu saat nanti VCD/DVD nya bisa beredar tanpa potongan. However, karya Syumandjaja yang terkenal blak-blakan dan cenderung vulgar tanpa canggung ini bisa menghadirkan semua feeling yang ada sewaktu baca novelnya yang bergaya satire namun bertabur dialog wajar itu. Bagaimana bagusnya akting Ray Sahetapy dan Zoraya Perucha yang santai-santai saja, Deddy Mizwar yang emosional serta-catat- the skinny Rano Karno yang dibuat klimis sangat meyakinkan memerankan anak Jendral yang memberontak dan beraksi sebagai teroris di gereja. Masih ada pameran ensembel all stars yang muncul bergantian. Dan Ray Sahetapy di zaman itu, yang mungkin mirip seperti Shahrukh Khan sekarang, seorang aktor tanpa tampang kelewat rupawan namun punya sejuta kharisma, yang dipotong bergaya mohawk untuk peran Yoko sang petinju itu, it was really damn cool.

2. GITA CINTA DARI SMA & PUSPA INDAH TAMAN HATI


Mungkin jarang sekali ada film yang bisa muncul dengan pencapaian sefenomenal ini meskipun tak bisa bicara banyak di FFI pada zamannya. Ini adalah film remaja Indonesia paling memorable, dari chemistry abadi Rano Karno-Yessy Gusman bersama sidekick-sidekicknya yang kemudian menjadi bintang di trend film remaja yang hadir sesudahnya, nama karakter Galih & Ratna sampai ke musik yang mengangkat nama Chrisye dan Guruh Sukarno Putra dengan lagu-lagu mereka yang sampai sekarang menjadi karya klasik dalam sejarah musik kita. Dan judul sekuel dari novel Eddy D.Iskandar tadi, rasanya tak akan ada lagi film yang bisa berjudul sepuitis itu. Dwilogi ini juga mencatat satu-satunya film Indonesia dalam sejarah sebagai re-release resmi yang diputar back-to-back di bioskop beberapa tahun setelah peredaran awalnya dengan judul Gita Cinta-Puspa Indah.

3. TAKSI


Mengikuti trend penonton zaman dulu yang tak pernah mau disuguhi film-film berat, kita takkan pernah tahu mengapa film dengan open ending yang filosofis bisa dibanjiri penonton sampai rela antri berjam-jam di depan loket menjelang akhir masa jaya film Indonesia. Jawabannya mungkin ada di nama besar Rano Karno-Meriam Bellina plus sutradara Arifin C.Noer serta promo yang gencar. Sekuelnya yang mengikuti trend sekuel ber-subjudul ‘too’ pada waktu itu, Taksi Juga, ternyata hadir dengan kualitas jauh dibawah pendahulunya yang fenomenal ini.

4. ARINI, MASIH ADA KERETA YANG AKAN LEWAT


Another Rano Karno-esque, matched with Widyawati yang jauh lebih senior tapi juga salah satu harta karun film Indonesia. Sineas-sineas sekarang yang mencoba menghadirkan setting luar negeri sebagai elemen utama film harusnya berkaca ke film karya Wim Umboh ini, bagaimana setting San Francisco keliatan begitu hidup sebagai background yang memberi nuansa romantis lengkap dengan theme song ‘I Left My Heart In San Francisco’nya. Salah satu saduran novel terbaik Indonesia yang pernah ada. Sayang, seperti Taksi, sekuelnya tak mampu bicara secantik ini, dan pemilihan Ida Iasha di sekuelnya, ah. Ia bukanlah Widyawati. Bukan pula Arini. Dalam pemaparan apapun.

5. KEJARLAH DAKU, KAU KUTANGKAP


Jauh sebelum trend urban-comedy sekarang menjamur lewat Arisan dan Janji Joni, film karya Chaerul Umam inilah yang dulu pantas dikategorikan kesana, namun kala itu memicu trend yang disebut  sebagai komedi situasi. Kisah cinta berbalut konflik wajar yang mengalir jujur, lengkap dengan suka-dukanya yang sangat-sangat membumi. Terkadang kampungan, tapi sekaligus romantis, lucu dan menyentuh. Duo Deddy Mizwar-Lydia Kandou bermain dengan chemistry luar biasa, namun justru nama Ikranegara dengan karakter Markum-nya yang begitu terangkat sampai muncul dengan film spin-off nya sendiri.

6. TJOET NJA’ DHIEN


Biografi pahlawan terbaik yang pernah dibuat di Indonesia. Tak sia-sia rasanya kerja keras seorang Eros Djarot yang sebelumnya berada dibalik nama besar saudaranya, Slamet Rahardjo dalam menampilkan setting, dialog-dialog bahasa Aceh asli yang dibubuhi teks sampai penggambaran patriotisme seorang pahlawan wanita Indonesia. Diatas itu semua, akting Christine Hakim-lah yang paling berjasa menghidupkan karakter ini.

7. PASUKAN BERANI MATI


If ever any of you thought film ini hanyalah sebuah film actionnya Barry Prima dari banyaknya VCD-VCD Barry Prima collection yang masih beredar sekarang, think and watch it again. Untuk kelas film perang masa itu, tekniknya bagus, realistis, dan tak ada stunt atau aktor yang terlihat pura-pura jatuh tertembak atau melayang terkena ledakan bom dengan teriakan panjang yang dibuat-buat. Dan ini bukan hanya filmnya Barry. Ada ensembel cast jitu dari Roy Marten, El Manik, WD Mochtar sampai Eva Arnaz dengan karakter-karakter yang membawa pesan multietnis sejarah perjuangan kemerdekaan kita dibalik dar-der-dor nya. Seperti Dirty Dozen atau versi perang dari The Magnificent Seven, Pasukan Berani Mati punya semua elemen yang dibutuhkan sebuah film perang berkelas tanpa harus terpaku pada sejarah asli. Peredaran internasionalnya menggunakan judul Hell Raiders.

8. SECAWAN ANGGUR KEBIMBANGAN


Lagi-lagi Wim Umboh, dan lagi-lagi menggunakan setting luarnegeri, kali ini Paris, sebagai background yang sangat mendukung cerita. Kurang terdengar gaungnya saat diputar, namun percayalah, chemistry Ray Sahetapy-Zoraya Perucha bersama aktor bule Didier Hamel dan Paramitha Rusady berhasil menciptakan lovestory menyentuh lengkap dengan aspek-aspek benturan budaya Perancis – Indonesia sebagai pembangun konfliknya.

9. NAGABONAR


Inilah film yang sempat dikirim buat berkompetisi di penyisihan awal Oscar 1987. Meski gagal, Nagabonar yang menang di FFI 1987 merupakan salah satu film Indonesia terbaik, jadi ikon begitu besar di Indonesia dan belakangan di re-release lagi dengan remastering baru menjelang perilisan long-awaited sekuelnya. Classic, dan jauh dari sekuelnya yang lebih menonjolkan dakwah relijius ketimbang semangat nasionalisme yang harusnya muncul lebih di depan.

10. DONGKRAK ANTIK


Siapa bilang Warkop hanya bisa bermain di komedi nyeleneh yang porno-porno? Dari kebanyakan film-film mereka yang menjual kekonyolan jorok-jorok itu, film inilah yang sedikit beda, namun tak lantas jadi basi. Hasilnya malah jauh lebih lucu dari yang lain, sebagai film mereka yang kelucuannya paling intens dan paling smart. Ada banyak joke-joke yang begitu memorable disini, sampai banyak diulang di film atau media komedi lain. Tampilan Mat Solar sebagai sidekick dan selipan bulan-bulanan semakin menambah kelucuannya.

11. JAKA SEMBUNG


Film legenda silat Indonesia box-office yang melambungkan nama Barry Prima dan Eva Arnaz ke puncak karir mereka. Saduran komik yang bagus dari cerita sampai adegan-adegan aksi serta efek spesialnya, terutama, yang cukup populer untuk ukuran zaman itu, kepala WD Mochtar yang terputus dan jatuh ke tanah namun masih bergerak dan bicara sebagai penggambaran ilmu kebal bernama ‘Rawe Rontek’.  Sayang, sekuel-sekuel selanjutnya kelewat jelek dan terkesan murahan. Ini salah satu bukti kepopuleran Barry Prima sebagai bintang aksi terbaik yang pernah dimiliki industri perfilman kita hingga dikenal ke dunia film cult internasional lewat film-filmnya yang beredar di luar negeri. DVD internasionalnya dengan judul The Warrior muncul dengan treatment cukup terhormat meski peredarannya segmental di kelas cult movies.

12. CATATAN SI BOY


Tidak terbaik tapi cukup memorable dalam sejarah film nasional serta menciptakan sosok ideal pria idaman di masa itu. Kaya, jagoan, pintar, playboy tapi tetap taat beribadah. Tak seperti Lupus yang kehilangan sama sekali nuansa novelnya, sosok Onky Alexander benar-benar muncul seperti jiwa slot radionya sebagai idola baru berikut peran banci Emon yang diperankan salah satu maestro film Indonesia, Didi Petet, di awal-awal karirnya hingga dibuatkan spin-off nya yang hancur tanpa campur tangan Didi. Film pertamanya yang sempat diganti judul menjadi Kugadaikan Cintaku (sesuai lagu Gombloh yang menjadi soundtrack) karena karakter Si Boy kurang dikenal di daerah cukup meyakinkan sebagai awal yang bagus sekaligus semakin mengangkat nama rocker Ikang Fawzi yang menyanyikan theme song dengan lirik yang tak kalah memorable itu. Sekuel kedua mengalami penurunan, namun film ketiganya benar-benar menghibur membuat franchise ini diteruskan hingga akhirnya berakhir di Catatan Si Boy 5 yang juga kadar hiburannya tinggi. Get ready for its next installment this year, masih dengan sebagian pemeran yang sama.

13. DOEA TANDA MATA


Sebuah bukti kepiawaian Teguh Karya dalam sejarah film Indonesia. Akting Yenny Rachman terbaik sepanjang karirnya bisa disaksikan disini, sekaligus mencatat penampilan pertama bintang yang benar-benar berkualitas aktor, Alex Komang, yang waktu itu muncul di dua film berkelas Citra di tahun yang sama, serta memenangkan satu diantara dua kategori itu. Posternya juga jadi salah satu poster film Indonesia paling klasik yang pernah dibuat.

14. CINTAKU DI RUMAH SUSUN


Komedi Nya’Abbas Akup yang mengangkat fenomena Rumah Susun yang ngetop di zaman itu dengan ensembel cast komedian-komedian Srimulat plus Deddy Mizwar. Kelucuan yang dibangun lewat skenario dengan multi-karakter ini mengangkat nama duo Kadir-Doyok yang sempat punya franchise film-film komedi pasca film ini.

15. SEMUA KARENA GINAH


Dari Nya’ Abbas Akup lagi. Sineas yang mampu membuat aktor-aktris non-komedi tampil begitu lucu dan natural berinteraksi dengan komedian-komedian pendukung di setiap film-filmnya yang merakyat namun penuh kritik sosial itu. Meski sekilas terlihat kampungan, tapi yang mengkonsumsinya justru lebih banyak dari kalangan kelas atas, dan Zoraya Perucha mampu menghadirkan kharisma yang pernah diusung Doris Callebaut dalam franchise Inem Pelayan Sexy dulu.

16. PENGABDI SETAN


Nanti dulu kalau mau bicara tentang tudingan banyak orang tentang tema horor yang cenderung jatuh jadi film sampah. Horor zaman dulu kebanyakan tak begitu meskipun pakem endingnya rata-rata serupa, pak haji yang ramai-ramai datang dengan orang sekampung membawa obor. Film ini adalah old Indonesian horror terseram yang pernah ada, dan meski terasa ridiculous karena efeknya yang ketinggalan zaman bila disaksikan sekarang, masih cukup menakutkan. Juga beredar di kalangan cult movies luar negeri dengan judul Satan’s Slave.

17. PENGKHIANATAN G-30S PKI


Film yang sempat menghiasi televisi tiap 30 September selama bertahun-tahun dan jadi tontonan wajib seluruh pelajar di Indonesia ini memang katanya memanipulasi sejarah, namun bukan itu yang membuatnya jadi yang terbaik. Di luar segala macam rekayasa brainwash itu, coba perhatikan cara Arifin C.Noer membesut adegan-adegan detail tentang penyiksaan, penderitaan rakyat, rapat bawah tanah, close-up wajah-wajah bopeng sampai kaki-kaki prajurit yang melompat turun dari truk yang membuat bulu kuduk bergidik itu, lengkap dengan musik mengerikan yang di-composed Embie C.Noer. Ada banyak adegan dan dialog memorable disini, dari yang ditakuti sampai yang kerap dijadikan joke hingga sekarang. “Darah itu merah, Jendral!”

18. GEJOLAK KAWULA MUDA


Demam breakdance atau ‘Tari Kejang’ juga pernah melanda Indonesia, dan inilah salah satu yang terbaik dari trend itu. Overly Cliche tapi sangat menghibur. Dan ensemble castnya benar-benar ultimate di zamannya. Ada Chicha-Rico Tampatty-Titi DJ dan Ikang Fawzi. And that title… It was the most happening those days!

19. KOBOI SUTRA UNGU


For ones who never heard, dulu ada kelompok mahasiswa seangkatan Warkop yang sama bersinarnya, malah sampai punya beberapa album parodi model Project Pop sekarang, namun dibalut irama orkes rakyat yang cenderung ke dangdut, sebutannya Orkes Moral. Sekilas seperti banyolan, tapi penuh skill, hingga beberapa anggotanya yang masih eksis di musik sampai sekarang, di genre jazz pula. Grup mereka bernama PSP, singkatan dari Pancaran Sinar Petromak dengan maskotnya, Monos yang botak berkumis tebal serta James yang tampangnya sangat geek seperti Napoleon Dynamite. Judul Koboi Sutra Ungu sendiri diplesetkan dari film film drama Kabut Sutra Ungu. Disini Nya’Abbas Akup memindahkan kritik sosialnya ke set yang memparodikan banyak gaya film western terkenal masa itu dari Django sampai The Man With No Name-nya Eastwood, menampilkan Meriam Bellina yang baru memulai debutnya serta Titik Puspa yang legendaris, and turns out to be one of the most entertaining Indonesian comedy and the smartest Indo-parody ever. Lihat adegan joget kutu-nya. ultimately funny!

20. NAKALNYA ANAK-ANAK & BUAH HATI MAMA


Selagi Nakalnya Anak-Anak merupakan film anak-anak penuh gegap gempita hibiuran musikal paling memorable dengan ensemble cast yang menggabungkan Ryan Hidayat, Ira Maya Sopha, Dina Mariana, Ria Irawan dan Kiki Sandra namun sebenarnya habis-habisan mencontek The Sound Of Music, film anak-anak bernuansa melankolis Buah Hati Mama punya nuansa yang bertolak-belakang. Salah satu film yang juga menampilkan duet abadi Sophan Sophiaan dan Widyawati ini sadly touching, and this is one movie you should see if you wanted to watch remarkable-charming acting of the late Ryan Hidayat in his child age.

21. GUNDALA PUTRA PETIR


Walau segelintir, Indonesia juga punya film superhero dari referensi komik superhero asli Indonesia yang dulu sempat menjamur dan sekarang sudah dicetak ulang dalam bentuk lebih lux itu. Biarpun diinspirasi The Flash, superhero rekaan Hasmi ini mampu tampil dengan segala ke-Indonesia-annya sendiri. That makes him better than Darna Ajaib yang ternyata asli punya Filipina bukan Indonesia itu. Dan adaptasi ini bagus karena setia pada komik aslinya. Efek spesialnya? Sudah cukup baik untuk zamannya.

22. DETIK-DETIK CINTA MENYENTUH


Ini adalah momen bollywood dalam sejarah layar perak Indonesia. Cerita dari orangtua yang tercerai-berai, si anak lahir, kecil sampai besar, dalam masa putar lebih dari dua jam. Salah satu akting terbaik Rano Karno bisa dilihat di film ini, seorang anak pintar namun cacat yang mengabdikan dirinya buat jadi guru dan bersepeda kemana-mana. Peran ibu dipegang Tanty Yosepha yang waktu itu sudah cukup lama absen, berpasangan dengan Robby Sugara. Menyentuh sekaligus penuh pesan mendidik.

23. ALI TOPAN ANAK JALANAN


Bicara soal ikon, jauh sebelum Lupus, Si Boy, Si Roy, atau yang lain, Indonesia sempat punya ikon anak muda di tahun 70an. Dan dia bukan Roy Marten yang juga ikut tampil di sekuelnya, tapi justru seorang Junaedi Salat yang baru saja memulai karirnya di film. Tak heran, faktor Yati Octavia yang terkenal karena keseksiannya itu jadi begitu penting disini. Jauh belasan tahun kemudian, perfilman Malaysia punya film box office berjudul Ali Setan. Maybe they kind of inspired to this. Dan soundtracknya yang memorable lagi-lagi dibawakan the legendary Chrisye.

24. BADAI PASTI BERLALU


Ini film yang besar karena kelarisan novelnya, soundtracknya yang dibesut Eros Djarot bersama Chrisye, dan tentu saja, Christine Hakim, Roy Marten dan Slamet Rahardjo yang waktu itu terus-terusan jadi pasangan di banyak film muncul dgn chemistry yang sangat kuat. Akhir 90an sinetronnya juga sempat booming dengan Ari Wibowo yang jadi dokter muda berambut gondrong itu, dan remakenya kembali dibuat dengan pasangan Vino Bastian & Raihaanun namun tetap tak bisa menyaingi kebesaran film aslinya.

25. ATENG RAJA PENYAMUN & ALADIN DAN LAMPU WASIAT


Dua film yang sangat berhasil dalam re-telling karakter paling terkenal dari dongeng 1001 malam, masing-masing Ali Baba dan Aladin. Dalam Ateng Raja Penyamun, versi duo pelawak legendaris ini bisa menyamai kelucuan versi P.Ramlee dengan banyak lawakan yang inovatif, dan Aladin-nya Rano Karno-Lydia Kandou bisa fenomenal karena belum ada film seperti ini waktu itu. Seru, penuh efek spesial yang lumayan bagus untuk ukuran dulu serta berhasil mengangkat semua elemen yang harus ada di dongeng itu dengan baik. Penarik lain? Ada maestro tari yang jauh-jauh diimpor dari Bollywood, Helen.

26. SATU MAWAR TIGA DURI

Di tahun 1986-1989, saat komedi situasi, begitu sebutannya masa itu -mengacu pada sitcom luar yang rata-rata melawak tanpa dibintangi pelawak- sedang menjadi trend, ada satu film underrated yang terlewatkan banyak orang. Satu Mawar Tiga Duri adalah salah satu yang membangun komedinya dari plot saduran drama panggung luar yang dari sananya sudah lucu dan cerdas tanpa memerlukan akting slapstick lagi dari aktor-aktornya yang berkualitas senior.Deddy Mizwar-Ita Mustafa plays the lovers and 3 Indonesian senior actors plays 3 amusing uncles : WD Mochtar, Rachmat Hidayat dan Pandji Anom.

27. MUSANG BERJANGGUT


Lagi sebuah ensemble cast komedi tentang legenda Melayu Deli kuno terkenal versi adaptasi komikus Taguan Hardjo asal Sumatera Utara. Dari bintang sampai pelawak-pelawak terkenal, Soekarno M. Noor, Roy Marten, Rini S.Bono, Ateng-Iskak dan Benyamin S., kolaborasi legendaris ini sayangnya lenyap ditelan penyimpanan arsip negara kita yang berantakan. Jangan harapkan untuk bisa menyaksikannya lagi karena pusat arsip film kita pun tak punya barang satu pun lagi reelnya.

28. SAUR SEPUH


Silat Indonesia dalam salah satu pencapaian momen terbaiknya. Mengadaptasi sandiwara radio yang sudah menjadi hype begitu besar, efek spesial serta koreografi aksi dengan teknik sling cukup rapi pun sukses digelar sutradara Imam Tantowi sekaligus melejitkan karakter Mantili yang diperankan langsung oleh pengisi suara sandiwara radionya yang legendaris, Elly Ermawatie. Sekuel-sekuelnya juga masih mampu tampil dengan kekuatan yang sama.

29. NOVEMBER 1828


Film terbaik 1979 besutan Teguh Karya yang menyorot perjuangan kemerdekaan di era Pangeran Diponegoro ini menjadi sebuah drama berlatar belakang perang yang sangat humanis tanpa harus menggunakan pakem biasanya, namun tetap setia menggunakan sejarah asli sebagai latarnya. Penuh kritik sosial dan over the top acting khususnya dari Slamet Rahardjo yang begitu masuk memerankan seorang perwira Belanda dengan makeup yang sama dahsyatnya.

30. SI DOEL ANAK BETAWI


Adaptasi dari literatur wajib sastra Indonesia karya Aman Datuk Madjoindo tentang budaya Betawi dan kritik sosial terhadapnya yang disampaikan penuh pesan dibalik banyolan-banyolannya. Selain jadi salah satu film terbaik Benyamin S. yang kemudian memerankan Doel dewasa di sekuelnya dan ayah si Doel di sinetron yang kembali dibawakan Rano Karno, karakter si Doel juga jadi bagian historis perfilman kita yang tetap hidup sampai sekarang. Semoga niat Rano untuk melanjutkannya ke layar lebar seperti halnya Catatan Si Boy bisa benar-benar terwujud kembali.

31. KERETA API TERAKHIR


Satu lagi film perang Indonesia yang punya kelengkapan fakta sejarah dibarengi kisah fiktifnya dengan seimbang, aksi yang intens, dramaturgi yang baik serta bukti terhadap bakat akting seorang Bangun Sugito aka Gito Rollies dalam penampilan terbaiknya.

32. ROMI DAN JULI


Mencari chemistry filmis sekaligus nyata seperti pasangan abadi Sophan Sophiaan dan Widyawati memang sulit, namun sudut pandang perfilman Indonesia terhadap kisah cinta Romeo dan Juliet yang berkali-kali diangkat ke layar lebar dengan titel Pengantin Remaja itu belum pernah bisa menggantikan gebrakan awalnya sebaik ini, sekaligus jadi cikal-bakal duet memorable Rano Karno-Yessy Gusman di usia remaja mereka bertahun-tahun kemudian.

~ by danieldokter on January 8, 2011.

8 Responses to “NOSTALGIE LA INDONESIANA : A LOOK BACK TO THE OLD INDONESIAN CLASSICS”

  1. […] This post was mentioned on Twitter by Adi Nugroho. Adi Nugroho said: Film #5 my All Time Fave 😀 RT @danieldokter: NOSTALGIE LA INDONESIANA : A LOOK BACK TO THE OLD INDONESIAN CLASSICS: http://wp.me/pVV2A-8q […]

  2. Wah, ternyata sebagian besar sudah aku tonton! *rada bangga*

  3. Gimana cara downloadnya

  4. Tumpang tanya….saya tak ingat…rasanya dah 6-10 tahun dahulu….saya pernah tengok sebuah drama romantik..rasanya drama indonesia…drama ini tentang seorang bodyguard jatuh cinta dengan seorang puteri yang akan jadi permaisuri…nama bodyguard rasanya ialah antonio….saya masih ingat yang ada satu masa ada orang ingin bunuh puteri itu..tapi boduguard ini telah selamatkannya dengan terkena tembakan tersebut…saya ingin tengok drama ini lagi…minta tolong jika boleh bagi beberapa nama filem yang dapat difikirkan…terima kasih =D

  5. Man,awesome blog you have got right here.

    A lot of helpful stories in addition to related advice!

    !! Do you offer any sort of expert articles in respect to makeup games
    for girls for free?

  6. Ah, sampe ketinggalan baca artikel yg satu ini.. yah, mengharukan sebenernya kalo ngliat bhw film Indonesia jaman dulu pernah menghadirkan begitu banyak genre.. and I’ve also experienced some of those titles 🙂 Dongkrak Antik, indeed, one of the best warkop movies that I’ve rewatched dozens of times, and still laughing hard. Pasukan Berani Mati – trilogi merah Putih ngga ada apa2nya, and damn.. those superstars galore! They just don’t make movies like this anymore 😦 Kereta Api terakhir? terlepas dari akting bintang utamanya yg kaku sekali (where did they find this guy anyway?), setting, kostumyg otentik (once again, trilogi merah putih nggak ada apa2nya) bener2 menghanyutkan kita ke jaman revolusi… and there’s no way you can forget “Rindu Lukisan” scene by Gito Rollies! 😀 Kejarlah daku Kau Kutangkap – now that’s situation comedy 🙂 keluarga Markum pun tidak kalah sip 😀

  7. referensi yg bagus n cukup lengkap…. rasanya ada bbrp film lawas fenomenal yg bisa ditambahkan semacam Ibunda (Teguh Karya – yang mengangkat nama Tuti Indra Malaon & Niniek L Karim di dunia perfilman Indonesia), Kabut Sutra Ungu & Budak nafsu (keduanya diperankan Yenny rachman), Cintaku di Kampus Biru (Roy Marten) …

  8. t keep up to date with what is going on in the life span of e – Bay.

    and telling them the item has shipped and providing them with
    an estimate on once the package should arrive. Again, this is the
    question of not really overspending, particularly if what you’re selling
    on e – Bay is small items which aren’t individually
    worthy of that much.

Leave a comment