ELYSIUM : A LIFE WORTH FIGHTING FOR

ELYSIUM

Sutradara : Neill Blomkamp

Produksi : Alphacore, Media Rights Capital, QED International, TriStar Pictures, 2013

El7 

            Here’s Neill Blomkamp. Sineas multitalenta asal Johannesburg, Afrika Selatan dibalik critically acclaimed and hugely successful sci-fi titledDistrict 9’ (2009). Kerjasama dan persahabatan panjangnya dengan Sharlto Copley, another multi-talented man whom he also met in the same highschool in Johannesburg, memang sudah membawa karir keduanya menjadi sangat besar di Hollywood. Tak hanya jadi standar baru untuk low budget sci-fi movie making yang berhasil menembus nominasi Oscar (Adapted Screenplay, Visual Effects, Editing bahkan Best Picture), film yang diproduseri Peter Jackson setelah proyek adaptasi layar lebar videogameHalo’ yang terkendala ini juga mencatat signature spesial Blomkamp dalam meracik sebuah sci-fi, genre yang sangat dekat dengan profesi awal karirnya sebagai 3D animator. Satu yang menjadikannya kelihatan berbeda dengan sci-fi lain, bahwa diluar elemen-elemen klasik sci-fi biasa, Blomkamp membawa banyak isu dan kritik sosial hingga politik segregasi dari negara asalnya hingga world or human issues lain ke dalam racikan plot-nya. Hasilnya adalah sebuah heart-wrenching sci-fi yang juga tak melupakan classic shooutouts action dibalik bujet kecil itu.

El2

            Sekarang, dari bujet 30 juta dolar di ‘District 9’, ‘Elysium’ menjadi sebuah blockbuster mahal yang bahkan berani memindahkan waktu rilisnya ke tengah-tengah pertarungan film summer tahun ini. Selain bujet, cast-nya jelas menjadi pembeda kelas dengan ‘District 9’. Walau awalnya Blomkamp merencanakan untuk meng-casting rapper asal negaranya, Watkin Tudor Jones a.k.a. Ninja dari grup Die Antwoord, masuknya Matt Damon serta nama-nama lain yang cukup dikenal hingga Jodie Foster sudah membawa ‘Elysium’ berada di kelas berbeda, walaupun belum tentu hasilnya lebih baik. But the good thing about it, adalah Blomkamp tak menanggalkan signature yang sudah dibangunnya dalam ‘District 9’. Elemen yang membuatnya jadi sebuah high budget Hollywood blockbuster boleh saja mengingatkan kita ke banyak referensi dari film-film lain dengan genre sama, namun Blomkamp tetap memuat banyak isu mirip yang semakin dilebarkan ke human and social segregations lain hingga ke masalah sosiomedis. Tetap ada sebuah gagasan kuat untuk tak hanya menggelar aksi dalam pattern sci-fi actions, tapi juga cara kompleks untuk membenturkan semua karakter dan konfliknya di tengah kritik-kritik sosial tadi. All still wrapped with heart-wrenching factors over it.

Jodie Foster

            2154. It’s a ravaged earth we’ve seen in many science fictions. Dengan kelas yang terbagi, manusia-manusia kaya raya hidup di sebuah orbit luar bumi bernama Elysium. Dibawah pimpinan Presiden Patel (Faran Tahir) dan menteri pertahanannya, Jessica Delacourt (Jodie Foster), mereka hidup sejahtera dengan rumah-rumah besar yang dilengkapi mesin medis Med-Pods yang bisa meregenerasi seluruh organ dan menyembuhkan penyakit apapun. Sementara bumi yang penuh dengan kejahatan dan over populasi dihuni oleh para pekerja dibawah pengawasan polisi android yang kejam dan tak kenal ampun. Diantara mereka, ada Max Da Costa (Matt Damon), yang hidup di sebuah panti asuhan sejak kecil dibalik mimpinya membawa sahabatnya Frey (Alice Braga) ke Elysium. Kenyataannya, Max yang tumbuh besar menjadi pencuri mobil dan mantan tahanan kini bekerja di sebuah perusahaan robotik Armadyne Corp yang menghidupi semua kebutuhan populasi di Elysium. Sebuah kecelakaan di Armadyne kemudian membuat Max terpaksa menempuh resiko terberat dalam hidupnya. Lewat Spider (Wagner Moura), seorang hacker kriminal dan pemimpin kaum pemberontak, ia merancang sebuah penyusupan ke Elysium. Namun pemerintahan Elysium yang berada di ujung tanduk atas rencana kudeta yang melibatkan CEO Armadyne John Carlyle (William Fichtner) membuat semuanya berantakan. Apalagi ketika Max mengetahui bahwa Frey yang kini bekerja sebagai perawat juga tengah berjuang menembus Elysium demi menyembuhkan putrinya, Matilda (Emma Tremblay), sementara Spider dan para pemberontak juga turut mengambil kesempatan mereka. Di tengah-tengah kekacauan itu, atas perintah Jessica, Kruger (Sharlto Copley), seorang mantan sleeper agent kepercayaannya, siap untuk menghentikan semuanya dengan cara apapun juga.

El8

            So you see. Bagi sebagian orang, ‘Elysium’ bisajadi hanya sebuah sci-fi seperti yang lainnya, dengan banyak elemen-elemen klasik yang sudah berulang kali kita saksikan di film-film sci-fi lain. Ravaged earth, man with powered exoskeleton, mandroid or whatever you called them, elysian planets (in mythology, Elysium is a paradise), a gone berserk twists, unexpected martyrs, lengkap dengan lovestory di tengah-tengahnya. Over the shootouts inDistrict 9’, ‘Elysium’ juga punya body or metal combat final showdown penuh efek spesial (yang kali ini kelihatan dibesut dengan teknik lebih canggih hingga ke set-set-nya) sebagai klimaks yang intens. Namun tak seperti ‘District 9’ walau punya banyak unsur kemiripan, Blomkamp memang tak se-obvious itu membangun dasar plot-nya lewat metafora dan kritik-kritik sosial berupa racial and immigration issues yang tersisa dari sejarah hidup di negara asalnya tadi, yang kini juga dibenturkan pada healthcare sebagai socio-medical issues di banyak sisi konfliknya. Dalam ‘Elysium’, Blomkamp hanya menggunakan unsur-unsur ini untuk membangun chaos conflict dan motivasi berlapis para karakternya, agak penuh sesak hingga mungkin berpotensi untuk dipenuhi plothole, if you considered so, tapi bukan berarti ‘Elysium’ lantas jadi tak selantang ‘District 9’, mostly if you wanted to look deeper into it. Apapun itu, ‘Elysium’ jelas masih sangat kuat diwarnai signature Blomkamp mengemas isu-isu sosial hingga politik yang sekarang jadi relevan hampir di semua negara. Dan itu artinya bagus.

Matt Damon

            Sebagai sci-fi, salah satu peran utamanya jelas ada dalam sisi teknis. Dengan bujet yang jauh lebih besar dari ‘District 9’, tak heran bila kelebihannya juga jadi seperti dua sisi koin. Di satu sisi, kemegahan efek dan set besutan keroyokan Weta Workshop (untuk exosuits Damon yang luarbiasa keren) bersama Image Engine, Embassy Visual Effects bahkan ILM  berikut desain futuristik dari art director/production designer Phil Ivey (‘The Lord Of The Ringstrilogy & ‘District 9’) sangat terlihat solid. But if you’re craving for the harshness inDistrict 9’ sebagai low budget sci-fi, ‘Elysium’ jelas kelihatan jauh lebih serba well-polished, termasuk ke scoring Ryan Amon yang sangat menonjolkan kemegahan ala blockbuster-nya. However, even some were shot in IMAX, sinematografi Trent Opaloch, rekan Blomkamp dan Copley sejak lama yang juga membesut ‘District 9’ (and the upcomingCaptain Americasequel) juga tak lantas membawa bujet besar itu jadi seperti se-mengkilap rata-rata sci-fi blockbuster lain. Opaloch tetap menyisakan harshness yang masih cukup sejalan dengan referensi Blomkamp membangun unsur-unsur raw goryness-nya ke sci-fi klasik seperti ‘The Terminatoror the most obviousRoboCop’ di tengah-tengahnya.

El4

            Cast adalah kekuatan lain dari ‘Elysium’. Damon, jelas sudah terasah untuk peran-peran penuh konflik seperti ini. Pemeran-pemeran pendukung lain dari William Fichtner, Alice Braga dan Diego Luna juga bagus. Namun dua yang paling bersinar disini, selain Sharlto Copley pastinya, yang mungkin sangat menemukan zona nyamannya di pengarahan Blomkamp – this time perfectly turned into a vicious villain, adalah Wagner Moura, aktor Brazil yang melejit lewat dua instalmen ‘Tropa de Elite’ (internationally titledElite Squad’). Hanya Jodie Foster yang sepertinya bakal mengecewakan banyak penggemarnya. Bukan berarti berakting jelek, namun skrip Blomkamp tak memberi banyak ruang untuk karakternya. Bukan Foster pun, karakter Jessica tetap punya kans sama baik bila dibintangi aktris lain. But however, it’s at least an added selling point toElysium’.

El1

            So yes, di tengah pertarungan summer blockbusters yang sebentar lagi bakal berakhir, walau banyak dibantai kritikus atas harapan terhadap standar-standar keterbatasan yang sama dengan ‘District 9’, adalah salah satu pemenangnya. It has much different budgets, namun tak sampai jadi keterusan. Apa yang kita lihat tetap adalah sebuah sci-fi yang berbeda. With many social issues and metaphors, also plenty of heart factors, ‘Elysiumstill has Neill Blomkamps signature solidly all over it. It breathes more, and at any scales, they’re always about life. The one worth fighting for. Keren sekali. (dan)

El11

~ by danieldokter on August 26, 2013.

2 Responses to “ELYSIUM : A LIFE WORTH FIGHTING FOR”

  1. keren review nya [no1]

  2. Keren brohh..
    baca juga disini ya http://prabuangsana.wordpress.com/2014/08/01/review-elysium-2013/

Leave a comment