FAST & FURIOUS 7 : SKY’S THE LIMIT

FAST & FURIOUS 7

Sutradara : James Wan

Produksi : Original Film, One Race Films, Relativity Media, Media Rights Capital, Universal Pictures, 2015

furious 7

            Seriously, bahkan produser Neal H. Moritz, orang pertama yang ada dibalik status ‘Fast and Furious’ sebagai mega franchise sekarang ini, mungkin tak pernah memperhitungkan itu kala ia memulai semuanya bersama Rob Cohen di ‘The Fast and the Furious’ (2001) dulu. Film yang dibesut Cohen dalam gaya cult ala drive-in trash dengan formula baku ‘undercover cop investigating a crime beyond extreme sports world’, bukan juga dengan aktor-aktor kelewat dikenal, sudah berulang kali kita saksikan termasuk ‘Point Break’ sebagai salah satu ikon genre-nya.

            Namun saat film itu berhasil mencetak sukses besar sekaligus mendongkrak cast-nya, kita memang mendengar rencana sekuelnya yang kemudian sempat terkendala karena Vin Diesel lebih memilih franchise debutnya, meninggalkan Paul Walker yang meski kecewa tapi tetap maju dengan Tyrese Gibson sebagai partner barunya di ‘2 Fast 2 Furious’. Merubah style-nya di tangan John Singleton dari cult menjadi action berkelas blockbuster dengan adegan-adegan jauh lebih seru walau masih berada di pakem yang serupa, sekuel itu pun merubahnya menjadi franchise yang sangat potensial buat diperhitungkan, sampai mulai menggoda Vin Diesel untuk kembali walau masih sebagai cameo di film ketiga, ‘The Fast and the Furious: Tokyo Drift’ sebagai satu-satunya benang merah tanpa kemunculan Paul Walker.

           Then the game has changed, muncullah ‘Fast & Furious’ di tahun 2009 sebagai ajang reuni bagi franchise-nya. Bersama hubungan Walker dan Diesel yang sudah membaik sejak pre-produksinya dimana Diesel malah masuk sebagai salah satu produsernya, Moritz seakan melakukan fresh setup terhadap franchise-nya. Dengan Chris Morgan sebagai penulis skripnya, pakemnya berubah total. Balap-balapannya tentu tetap ditonjolkan, namun ‘Fast & Furious’ beralih rupa menjadi sebuah ‘team on a mission – action’ yang terus dipertahankan oleh Morgan hingga instalmen terbarunya ini. Hebatnya lagi, mereka mulai menambah action icon (incl. our own Joe Taslim di film sebelumnya) dengan trik bongkar pasang ke dalam karakternya plus jahitan benang merah secara taktis ke instalmen-instalmen sebelumnya. Setelah Dwayne Johnson yang bertahap diputarbalik ke sebagai member of the team, oh yeah, everyone cheers seeing Jason Statham di akhir instalmen ke-6, walaupun jelas di-setup sebagai villain.

            Sayang, insiden yang merenggut nyawa Paul Walker di tengah pembuatan ‘Furious 7′ (judul peredarannya di AS) nyaris menghentikan semuanya. Tapi toh ‘Furious 7’ akhirnya terus berlanjut menambah rasa penasaran penggemarnya atas berita-berita yang ada dari setup karakter hingga penggunaan CGI terhadap saudara Paul yang masuk menggantikannya di sisa masa syuting. Apalagi, kursi penyutradaraannya berpindah dari Justin Lin ke James Wan yang sama sekali belum punya kredibilitas di genre-nya. And yes, dengan skrip yang masih di-handle oleh Morgan, diatas vengeance subplot buat karakter Statham, ‘Furious 7’ tetap konsisten sebagai sebuah team action. Jadi jangan harapkan yang tidak-tidak, mostly if you really dig its history as a fan, then you’ll know, franchise ini sudah punya pakem yang jelas tak begitu saja boleh dirombak lagi sebagai jaminan kesuksesannya. Yang penting, sejauh mana Moritz dan timnya di bawah penyutradaraan baru James Wan bisa menaikkan lagi atraksi pacuan adrenalinnya. Sejak trailer-nya diluncurkan, mereka sudah membuat kita terperangah. Lihat saja judul rilisnya di Jepang, ‘Sky Mission’ yang merujuk pada aksi mobil beterbangan di tengah pencakar langit. Gonzo action, over the top, go name it. But to them, sky’s the limit.

            Masih berusaha mengembalikan ingatan Letty (Michelle Rodriguez) setelah insiden melawan Owen Shaw (Luke Evans) di London, Dominic Toretto (Vin Diesel) dan Brian O’Conner (Paul Walker) tak bisa lama menikmati masa tenangnya karena kakak Owen, Deckard Shaw (Jason Statham) langsung menyatroni mereka ke Amerika. Menerobos markas Hobbs (Dwayne Johnson) untuk mendapatkan profil lengkap Dom dan timnya, Shaw berhasil mengirim Hobbs ke RS, membunuh Han (Sung Kang) yang tengah berada di Tokyo dan meledakkan kediaman Dom dan Brian, namun untungnya mereka luput dari sasaran Shaw. Mia (Jordana Brewster) yang tengah mengandung anak kedua Brian segera diungsikan ke sebuah safe house sebelum Dom kembali mengumpulkan timnya, Roman Pearce (Tyrese Gibson) dan Tej Parker (Chris ‘Ludacris’ Bridges) untuk menghadapi amukan Shaw. Namun mereka lantas didistraksi oleh kemunculan Frank Petty (Kurt Russell), agen pemerintah yang menawarkan misi buat menemukan God’s Eye, program komputer mutakhir untuk melacak jejak yang dicuri teroris Jakande (Djimon Hounsou) dari seorang hacker wanita bernama Ramsey (Nathalie Emmanuel). Dom terpaksa menyanggupi misi ini karena sebagai upahnya, Petty menjanjikan God’s Eye untuk berbalik memburu Shaw. Menyelamatkan Ramsey di tengah mobil yang diterjunkan dengan parasut di pegunungan Caucasus, menuju Abu Dhabi dan beraksi mencuri mobil sport mewah di tengah-tengah Burj Khalifa dan Etihad Towers demi mendapatkan flashdrive berisi God’s Eye, konfrontasi segitiga ini terus berlangsung ke tengah-tengah jalanan Los Angeles dimana Hobbs kembali bergabung, sementara Shaw jelas tak begitu saja mau melepaskan mereka semua hidup-hidup.

            Dari sekedar menyambung kesuksesan franchise menjadi sebuah persembahan terakhir buat mengenang Paul Walker, ‘Furious 7’ memang dirancang dengan super-spektakuler. Menaikkan lagi pacuan adrenalin adegan-adegan aksinya ke batas yang sulit terbayangkan dari airdrops and flying cars, Abu Dhabi scenes ke final showdown tanpa meninggalkan muscle bumps dan combat fights-nya, buat sebagian orang, ‘Furious 7’ boleh jadi tak mementingkan plot-nya, apalagi menjaganya dalam batasan-batasan kewajaran. Tapi buat yang benar-benar mengikuti dengan cermat perubahan detil polanya sejak instalmen ke-4 pasti juga tahu bahwa Chris Morgan justru mempertahankan konsistensi pakem itu tanpa sekalipun berkompromi terhadap daya tarik lebih yang mereka miliki. Mau menyentuh kegilaan fantasi ala film-film superhero sekalipun, franchise-nya memang sudah menyamai ‘Mission: Impossible’ dalam ranah team action genre. Dan oh, masih ada yang mau mempermasalahkan akting dalam ‘Fast & Furious’? Lagi-lagi dalam konteksnya, bisa membuat pace dan konfrontasinya begitu intens lewat karakter-karakter yang juga mengisi sempalan komedinya dengan punchlines lucu, jelas bukan berarti akting itu gagal.

          Dan bagusnya, subplot-subplot ini tak lantas menjadi tumpang tindih antara satu dengan lainnya. Dalam konteks franchise-nya, setup-nya dihadirkan Morgan dengan tepat diatas balance yang juga tergelar cukup baik bersama keterkaitan yang relevan. Ritmenya boleh jadi sedikit berkejaran, namun pace-nya tak sekalipun jadi terganggu. Semua karakter tambahannya, dari Jason Statham, Kurt Russell, Djimon Hounsou, Ronda RouseyNathalie Emmanuel dari ‘Game of Thrones’, aktor Bollywood Ali Fazal hingga keikutsertaan Tony Jaa yang memicu kontroversi peredarannya di Thailand atas berbagai tuntutan dari Sahamongkol, mendapat screen presence yang pantas serta proporsional. Dimana lagi kita bisa melihat dua combat scene antara Jaa dengan Walker, masing-masing dengan durasi lumayan plus Statham yang harus berhadapan dengan Johnson berikut emotional hard punch final showdown lawan Diesel?  Belum lagi catfight tak kalah seru antara Michelle Rodriguez dan Ronda Rousey. Membatasi penampilan Johnson sebagai badass highlight mendekati klimaksnya, menyediakan ruang buat Elsa Pataky even just a bit of Tokyo Drifts Lucas Black,  semuanya berada dalam proporsi pas sekaligus sulit jadi lebih baik dari ini.

             Diatas semuanya, ‘Furious 7’ jelas menorehkan kesuksesan luarbiasa bagi penyutradaraan James Wan. Okay, walaupun Wan punya DoP Stephen F. Windon (bersama Marc Spicer) yang memang sudah biasa berkiprah di genre-nya sejak ‘Tokyo Drift’ termasuk ‘G.I. Joe: Retaliation’ berikut editor Christian Wagner (‘Fast & Furious 4-6’, ‘Bad Boys‘, ‘M:I 2‘, ‘Face/Off’) yang mungkin cukup bisa menjelaskan mengapa gelaran adegan-adegan aksinya bisa muncul begitu luarbiasa, all ultimately well shot over eyegasms and adrenaline rush, namun sebagai sebuah debut menggarap genre action dari serangkaian horor yang sangat bertolak belakang, ini jelas sebuah lompatan besar dengan pencapaian sangat layak. Apalagi, Wan tak lantas jadi canggung menyemat komedi khas franchise-nya, menunjukkan betapa ia sangat memahami luar dalam ‘Fast & Furious’ menuju ledakan-ledakan emosi yang menghanyutkan kita semua ke dalam loving tribute ke Paul Walker di pengujung filmnya. Film-film lain mungkin akan dengan mudah menghabisi atau mengganti karakternya, tapi ‘Fast & Furious’ punya cara lain untuk memberi jalan ke lovable character itu buat meninggalkan fans-nya secara sangat menggetarkan di tengah alunan lagu ‘See You Again’-nya Wiz Khalifa feat. Charlie Puth, all in the vein of the franchise’s hiphop soundtracks. It was a really glorious one last ride, hingga akan dikenang jauh setelah episode tragedi nyatanya berakhir disini.

           Dan itulah hal terbaik yang menyempurnakan ‘Furious 7’ sebagai salah satu instalmen terbaik dalam franchise-nya. Oh yes, ‘Fast Five’ tetaplah sebuah titik balik yang luarbiasa dibalik permainan pace dan ritme yang tepat, but having the right setups, perfect team, jaw-dropping actions and mostly those loving tributes untuk menutup filmnya bersama flashback sequence yang sekali lagi menjelaskan family conclusion-nya, they never miss a single thing which made the franchise Fast and Furious. For Paul, they have soared it loud and clear. Sky’s the limit. (dan)

furious 7b

~ by danieldokter on April 7, 2015.

One Response to “FAST & FURIOUS 7 : SKY’S THE LIMIT”

  1. […] FURIOUS SEVEN a.k.a FAST & FURIOUS 7 […]

Leave a comment