DEJAVU: AJIAN PUTER GILING ; A RARE INDONESIAN ATMOSPHERIC HORROR

DEJAVU: AJIAN PUTER GILING

Sutradara : Hanny R. Saputra

Produksi : BIC Productions, 2015

dejavu

            Genre horor memang kerap dianggap jadi sisi paling negatif dari perfilman kita. Tak ada yang salah dengan genre atau kegemaran penonton kita yang memang lebih besar terhadap film-filmnya, sebenarnya, namun masalahnya, seringkali, genre ini dijadikan aji mumpung untuk membuat film-film berbujet murah tanpa taste sama sekali, yang akhirnya biar masih terus punya pangsa, tapi juga membuat penonton makin skeptis dengan sinema Indonesia.

            Dalam deretan film-film horor yang dibuat semata-mata sebagai produk kacangan itu, BIC Productions juga merupakan salah satu PH yang sering ada dibalik bisnisnya. Namun ‘Dejavu : Ajian Puter Giling’, untungnya ada di kelas yang berbeda. Walau subjudulnya terkesan menjual (lagi-lagi) sensasi urban legend dan hal-hal mistis yang mungkin bagi sebagian orang mengarah ke pikiran-pikiran miring, ‘Dejavu’ menggunakan resep horor yang berbeda. Atmosphere over jumpscares atau dentuman musik menyeramkan yang kerap jadi andalan film-film horor kita.

            Myrna (Ririn Ekawati) baru saja diterima sebagai seorang perawat pribadi bagi Sofia (Ririn Dwi Aryanti), istri Yudo (Dimas Seto) yang tengah menderita kelumpuhan. Di tempat kerja barunya itu, Myrna mulai menemukan keanehan demi keanehan bersama sikap Sofia yang serba misterius. Sambil menyelidiki apa yang sebenarnya tengah terjadi, hubungannya dengan Yudo berkembang menjadi lebih dekat, namun sekaligus semakin mengancam keselamatan Myrna sendiri.

            Tak ada sebenarnya yang terlalu spesial dari skrip yang ditulis oleh Adi Baskoro dalam bangunan plot yang berujung pada sebuah twist yang bukan juga baru ditemukan di film-film lain dalam genre-nya. Klise-klise tahap demi tahap ini pun masih diwarnai dengan dialog-dialog yang bisajadi kedengaran awkward ketimbang convincing dalam bangunan interaksi karakternya, juga kontinuitas adegan yang kadang masih sering terasa kurang konsisten. Namun bagusnya, saat twist yang disiapkannya mulai dibuka, walau bukan terlalu shocking, ada relevansi yang bisa membuat pemirsanya memaklumi kekurangan-kekurangan yang ada, sekaligus membalik semuanya jadi terlihat jauh lebih rapi bila ditelusuri ulang. Dalam penjelasan urban legend-nya yang tak perlu sampai bertele-tele pun begitu, ‘Dejavu’ tampil cukup informatif dalam penceritaan keseluruhannya.

            But what makes it even better, sutradara Hanny R. Saputra membangun semuanya lebih lewat atmosfer diatas minimnya karakter dan nyaris hanya sebuah single set. Walau tak semua shot-nya bekerja secara efektif buat memberikan feel creepy dalam sebuah horor, tetap, DoP Rizko Angga Vivedru bisa dibilang cukup baik memanfaatkan claustrophobic atmosphere-nya. Ledakan-ledakan jumpscare-nya juga terasa cukup efisien dan tak berlebih.

             Dan Ririn Ekawati-lah yang paling berhasil masuk ke dalam konsepnya dengan akting yang sangat terjaga, memberi penekanan manusiawi jauh melebihi Ririn Dwi Aryanti yang memang lebih berfungsi jadi elemen horor-nya, atau Dimas Seto yang di beberapa adegan masih naik turun. Ekspresi dan gestur-nya, stunningly, bahkan sanggup memberi percikan sensualitas tanpa harus berbuka-buka seperti kebanyakan horor kita yang lain, dimana elemen-elemen klise itu jadi terasa lebih relevan ketimbang disempalkan sekedar bumbu tak penting.

            Sayang memang, mungkin kebosanan sekaligus kepercayaan penonton yang mulai luntur terhadap genre-nya membuat resepsi ‘Dejavu’ hampir tak memberikan gaung yang lebih berarti. Instead, pemirsa kita masih jauh lebih antusias kala sebuah horor dikemas dengan grand looks dan pretty faces tanpa relevansi lebih ke penceritaannya. Apa boleh buat, tapi percayalah. Menuju paruh tahun ini, secara kualitas, dari deretan film-film yang ada dalam genre horor lokal, ‘Dejavu’ adalah juaranya. (dan)

~ by danieldokter on May 31, 2015.

One Response to “DEJAVU: AJIAN PUTER GILING ; A RARE INDONESIAN ATMOSPHERIC HORROR”

  1. […] dan surprisingly, sebuah claustrophobic – almost a single set horror ber-subjudul agak nakal, ’Deja Vu: Ajian Putar Giling’, ternyata tampil dengan kualitas jauh ketimbang judulnya. Meski horor-horor kacangan tetap cukup […]

Leave a comment