SURVIVOR: BIG NAMES, SMALL ART

SURVIVOR

Sutradara : James McTeigue

Produksi : Millennium Films, Lionsgate, 2015

survivor 2015

            In movies, ini kasus yang bukan lagi baru. Ada film yang mengandalkan nama-nama besar dan sangat dikenal, tapi dikemas sebagai produk yang secara komersil berkualitas seadanya, kalau tak mau mengkotak-kotakkannya sebagai B-class movies. And no, of course we’re not talking about indie productions, tapi lebih ke small scale mainstream movies. Apalagi di produksi-produksi Millennium Films yang masih tak jauh dari legacy Cannon Films dan sepak terjang mereka dulu. Tapi tak semua juga produksi di kelas itu sudah pasti berarti jelek. Belum tentu.

            ’Survivor’ pun masih berada di kelas yang sama, dan mungkin juga menjelaskan mengapa di AS filmnya dirilis terbatas dan lebih sebagai VOD (Video on Demand) movies. Tapi memang nama-nama yang ada dibaliknya, bukan sekedar main-main. Nama James McTeigue sebagai sutradara tentu sudah sangat dikenal dari ’V For Vendetta’, apalagi di kiprahnya sebagai asisten sutradara, walaupun memang, baik ’Ninja Assassin’ dan ’The Raven’ tak bisa menyamai debutnya itu.

           Lantas ada nama Irwin Winkler sebagai produser. Dikenal sebagai award-winning legendary producer yang sudah memproduksi film sejak era ’60-an dan ada dibalik franchise ’Rocky’ serta juga film-film Martin Scorsese dari ’Raging Bull’ hingga ’Goodfellas’ dan ‘The Wolf of Wall Street’ kemarin, ini juga jelas jadi dayatarik lebih, walaupun memang benar, bukan berarti statusnya membuat Winkler tak pernah meng-handle produksi-produksi kelas 2, terutama dari kiprah putranya, Charles Winkler, yang juga berkolaborasi dengannya disini. Yang terakhir, tentu saja cast-nya. Selain Pierce Brosnan dan Milla Jovovich sebagai sentralnya, ’Survivor’ masih punya sejumlah nama terkenal seperti Dylan McDermott, James D’Arcy, Angela Bassett dan Robert Forster. Sebagai tambahan, trailer-nya juga cukup menarik sebagai heroine-spy thriller dengan referensi kental ke James Bond lewat sosok Brosnan.

         Pindah ke kedutaan AS di London atas rekor ketatnya menangani aplikasi visa pengunjung AS demi meng-counter aksi teroris, Kate Abbott (Milla Jovovich) sebenarnya sudah mulai mencurigai atasannya, Bill Talbot (Robert Forster) sejak awal. Sayangnya peringatan itu datang terlambat kala sebuah bom meledak dan membuatnya menjadi unexpected survivor. Dibantu atasannya, Sam Parker (Dylan McDermott), satu-satunya orang yang percaya pada intuisi Kate sekaligus punya hubungan spesial dengannya, Kate seketika menemukan dirinya menjadi target bukan hanya oleh Inspektur Paul Anderson (James D’Arcy) dari kepolisian Inggris, tapi juga pembunuh bayaran Nash ’The Watchmaker’ (Pierce Brosnan) yang punya agenda lain lewat rencana aksi final teroris di tengah-tengah perayaan malam pergantian tahun di Times Square, New York.

          Sebagai sebuah spy thriller, plot ’Survivor’ memang kelihatan sangat punya potensi buat tampil beda. Bukan semata karena ia bermain di wilayah-wilayah thriller lain seperti ’The Fugitive’ diatas tampilan Milla Jovovich sebagai seorang typical heroine bersama terrorist-counter action yang sudah sedikit lebih klise dalam genrenya, tapi cukup banyak elemen yang sebenarnya sudah digagas dengan bagus di bagian-bagian awalnya, dari latar gulf war, peristiwa 9/11 berikut informasi lebih soal ketatnya aplikasi visa pengunjung AS sebagai ekses-ekses penuh relevansi terhadap intrik atau konspirasi yang ditampilkan.   Penampilan Brosnan sebagai charming villain, cukup lama setelah adaptasi novel Frederick ForsythThe Fourth Protocol’ di tahun 1986 dulu, dengan full reference ke James Bond sebagai antitesis dalam motivasinya, adalah dayatarik lain lagi, berikut deretan ensemble cast menarik tadi, tentunya.

       Namun sayangnya, skrip yang ditulis Phillip Shelby tak cukup mampu merangkai interkoneksi dari tiap-tiap elemen itu untuk bisa tampil lebih menarik diatas sebuah spy thriller yang benar-benar terlihat seru dan menegangkan. Meninggalkan terlalu banyak suspension of disbeliefs atas lubang-lubang terhadap logika yang terasa sangat penuh inkoherensi, karakter-karakternya pun jadi dikemas dengan motivasi sambil jalan yang benar-benar sangat lemah. Meskipun Jovovich, Brosnan berikut cast lain termasuk Forster, D’Arcy dan McDermott sudah terlihat sangat mencoba menutupi kelemahan ini, subplot-subplot yang sudah dimulai atas interkoneksi karakter yang bisa jauh lebih menarik berakhir tak lebih dari sekedar tempelan yang sama sekali tak mendukung penceritaannya secara lebih dalam.

         Begitupun, di tangan McTeigue yang lewat kiprahnya sebagai first assistant director di film-film seperti prekuel ’Star Wars’ dan ’The Matrix’ sudah cukup teruji, apalagi lewat adegan-adegan action di ’Ninja Assassin’, ’Survivor’ masih bisa menghadirkan beberapa top notch action scenes di sepanjang durasinya. Tak banyak, namun ada satu-dua yang cukup memorable dan benar-benar sukses memanfaatkan persona Brosnan dan Jovovich secara efektif. Sayangnya, lagi-lagi bangunan action pace ini tak bisa terus konsisten menuju klimaks teror bom di tengah-tengah perayaan tahun baru Times Square yang sebenarnya bisa jadi kekuatan utama yang menyelamatkan semua kekurangannya. Alih-alih tampil megah serta menegangkan – in terms of action climax, bagian ini justru jadi flaws terbesar dalam ’Survivor’. Lewat begitu saja.

           So, apa boleh buat. ’Survivor’ memang agaknya harus menerima nasibnya sebagai B-class movies yang memang kurang layak buat bersanding bersama menu utama summer blockbusters di bulan-bulan ini. Sebuah potensi besar yang tak bisa dimanfaatkan sebaik nama-nama yang ada di dalamnya. Big names, small art. (dan)

~ by danieldokter on June 8, 2015.

Leave a comment