RED LIGHTS : PSYCHIC, PHYSICS AND PSYCHOLOGIC

RED LIGHTS

Sutradara : Rodrigo Cortés

Produksi : Versus Entertainment, Nostromo Pictures, 2012

So we have seenBuried’. Tapi jauh sebelum itu, seorang Rodrigo Cortés sudah menunjukkan bakatnya lewat sejumlah award, bahkan sebuah rekor di perfilman pendek Spanyol. Satu yang jelas, Cortés punya konsep. Dan begitulah ‘Red Lights’. Dibalik riset yang dilakukannya lebih dari satu setengah tahun, mempelajari dua sisi koin fenomena psychic powers dari supernatural dan science, meski Cortés terlihat seperti tengah menyusun tesis dengan konklusi, ia menyorot pertentangan skeptisme dengan fanatisme lewat karakter-karakter ciptaannya ke dalam sebuah skenario thriller psikologis yang tetap menjelaskan profesinya sebagai storyteller dalam penyutradaraan. Apalagi, ada nama Robert De Niro dan Sigourney Weaver dalam susunan cast-nya, dan tema-tema psychic atau paranormal yang ada dimana-mana dengan penggalian sedalam ini memang masih jarang dibesut orang. Agak mirip dengan ‘The Prestige’-nya Nolan dalam menyorot trik-trik para pesulap, dibalik banyak publikasi-publikasi penipuan paranormal selama ini sudah pernah kita baca dimana-mana, tapi lebih pintar dalam penjabaran sains-nya. And that powerful twist? Call it a bonus to nowadays twist-lovers. So yes, ini menarik.

Ilmuwan Margaret Matheson (Sigourney Weaver) yang memusatkan profesinya terhadap investigasi hal-hal sejenis memang memandang dunia paranormal dengan skeptis atas ilmu science terapan yang dimilikinya. Bersama asistennya, Tom Buckley (Cillian Murphy) yang punya latar dendam terhadap penipuan paranormal, selain mengajar di sebuah universitas, mereka kerap mendatangi show-show paranormal untuk membongkar kebohongan mereka melalui intervensi ilmiah. Namun semuanya berubah saat seorang paranormal legendaris Simon Silver (Robert De Niro) kembali dari istirahat panjangnya atas sebuah kasus masa lalu. Buckley semakin terobsesi untuk membuka rahasia Silver ketika mengetahui Matheson justru memiliki ketakutan terhadap paranormal yang sempat menggoyahkan kepercayaannya dulu. Sementara, senior seteru Matheson, Dr. Paul Shackleton (Toby Jones) juga terlihat goyah atas eksperimen resminya terhadap Silver. Ditambah munculnya banyak kejadian misterius yang sulit untuk terjelaskan sekaligus menunjukkan kehebatan kemampuan Silver, Buckley bersama kolega juniornya, Sally Owen (Elizabeth Olsen) terus menelusuri investigasi ini hingga ke satu titik yang membuatnya tak mungkin mundur lagi dengan resiko apapun.

There you go. Meski menggagas karakter-karakter fiktif, Cortés memang menyusun skripnya seperti bab demi bab sebuah tesis ilmiah tentang pertentangan paranormal dengan fisika terapan. Selain sisi sains-nya tertuang dalam dialog-dialog yang resikonya memang akan jadi agak sulit diikuti sebagian penonton yang tak pernah mempelajari atau menyukai hal-hal ilmiah berbau penjelasan fisika, nama-nama karakternya juga dibangun Cortés dari inspirasi ke berbagai real characters di ranah pertentangan nyata dua dunia ini. Begitupun, Cortés tak juga melupakan dramatisasi dan feel thriller-nya ke dalam pengadeganan yang sangat menarik sejak ‘Red Lights’ dimulai, penuh dengan konflik meningkat hingga sebuah twist mengejutkan disiapkannya di penghujung film ini. Lewat sisi ini, Cortés bisa leluasa menyelipkan unsur psikologis dalam menambah sudut pandang pengamatannya.  Bersama skrip yang ditulisnya sendiri berdasarkan riset panjang itu, ia juga membangun keraguan di benak penonton ke arah mana kira-kira konklusinya akan memihak. Sebentar ia seperti jurnalis yang begitu antusias membuka rahasia penipuan dibalik profesi paranormal lewat penjelasan sains, namun sebentar lagi ia membalikkan anggapan-anggapan ‘oh, so it’s like that’ itu pada kepercayaan penonton lain yang lebih yakin terhadap fenomena  psychic powers.

 

Sementara pilihan cast-nya jadi dayatarik lain bersama tema yang sangat menarik ini. Sigourney Weaver, seperti biasanya tampil dengan eleganisme feminis-nya ke dalam karakter Margaret Matheson yang sinis. Cillian Murphy sebagai Tom Buckley meng-handle turnover karakternya dari seorang sidekick menjadi centre dari penggalan-penggalan konklusinya dengan intensitas akting yang meningkat secara rapi, dan Robert De Niro, setelah deretan panjang film-filmnya yang kelihatan agak salah pilih, kembali menunjukkan spesialisasi aktingnya. Ada pula Elizabeth Olsen dan aktris senior Joely Richardson yang meski menempati posisi sampingan namun tak jatuh jadi faktor pemanis yang tak penting. Sinematografi Xavi Giménez juga bekerja dengan baik dalam penekanan ke atmosfer thriller-nya.

 

So what are you waiting for? Resepsi yang jelek dari situs-situs seperti Rotten Tomatoes? Ah, sebagian kritikus disana juga memujinya kok, dan apa yang Anda temukan dari komen-komen negatif itu juga rata-rata berisi kepusingan mereka mengikuti penjabaran ilmiah dialog-dialog sains dan fisika-nya, dari teori-teori energi seperti ‘Faraday Cage’ hingga analisis-analisis heuristik dibalik teori ‘Occam’s Razor’ (silahkan googling kalau mau menelusuri lebih jauh) yang kira-kira bunyinya ‘penjelasan paling sederhana dalam suatu fenomena adalah penjelasan terbaik’, ‘the best is the simplest‘, Cortés sudah menjabarkan hipotesis terhadap fenomena paranormal lewat twist yang sebenarnya sangat sederhana sebagai konklusinya, tapi jadi terasa menghentak, since we all haven’t seen it coming. Tagline-nya juga sudah menunjukkan konklusi paling sederhana tanpa memihak salah satu itu. Toh Anda tetap tak harus tahu sedetil-detilnya untuk dapat merasakan kejutan di twist ending-nya, karena ‘Red Lights’ tetaplah sebuah film yang diciptakan untuk menghibur. Dan tak ada yang lebih baik dari tema yang menyorot kebimbangan terhadap sebuah fenomena dengan membuat penontonnya juga berada dalam kebimbangan yang sama. Apapun alasannya, Cortés sudah berhasil meramu psychic, physics dan psychologic dalam sebuah thriller sains-supranatural yang sangat kuat, serta jarang-jarang ada. (dan)

~ by danieldokter on September 10, 2012.

One Response to “RED LIGHTS : PSYCHIC, PHYSICS AND PSYCHOLOGIC”

  1. […] Red Lights […]

Leave a comment